• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 

Serentaun

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Sunda

Genre : Pertunjukan

Provinsi: Provinsi Jawa Barat

Kabupaten/Kota: Kabupaten.Bogor

Kecamatan: Taman Sari

Desa: Sindangbarang

Penyebaran: Bogor, Banten Selatan, Sukabumi Selatan


Serentaun merupakan salah satu budaya lokal dalam bentuk upacara yang biasanya diselenggarakan oleh masyarakat berbasis agraris sebagai rasa syukur atas hasil bumi yang telah dilimpahkan kepada mereka. Namun, pada masa sekarang, Serentaun menjadi bagian dari produk industri di sektor pariwisata. Upacara Serentaun memiliki pengaruh Sunda Wiwitan, agama Budha, dan agama Islam. Serentaun Rekonsstruktif atau upacara yang dijadikan pariwisata tersebut diadakan selama 4 hari berturut-turut.

Anis Djatsunda (2007) menjelaskan, Serentaun merupakan ekspresi rasa terima kasih  yang ditujukan pada Tuhan Sang Hyang Tunggal yang diadakan pada tutup tahun dan menjelang tahun baru agar kehidupan bertambah baik. 

Tim Peneliti : Dina Amalia Susamto


 
PENCARIAN TERKAIT
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
 

Serentaun

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Sunda

Genre : Pertunjukan

Provinsi: Provinsi Jawa Barat

Kabupaten/Kota: Kabupaten.Bogor

Kecamatan: Taman Sari

Desa: Sindangbarang

Penyebaran: Bogor, Banten Selatan, Sukabumi Selatan


Serentaun merupakan salah satu budaya lokal dalam bentuk upacara yang biasanya diselenggarakan oleh masyarakat berbasis agraris sebagai rasa syukur atas hasil bumi yang telah dilimpahkan kepada mereka. Namun, pada masa sekarang, Serentaun menjadi bagian dari produk industri di sektor pariwisata. Upacara Serentaun memiliki pengaruh Sunda Wiwitan, agama Budha, dan agama Islam. Serentaun Rekonsstruktif atau upacara yang dijadikan pariwisata tersebut diadakan selama 4 hari berturut-turut.

Anis Djatsunda (2007) menjelaskan, Serentaun merupakan ekspresi rasa terima kasih  yang ditujukan pada Tuhan Sang Hyang Tunggal yang diadakan pada tutup tahun dan menjelang tahun baru agar kehidupan bertambah baik. 

Tim Peneliti : Dina Amalia Susamto


 
PENCARIAN TERKAIT
 
 
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa