• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 

Salawat Dulang (Talam)

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Minangkabau

Genre : Prosa

Provinsi: Provinsi Sumatera Barat

Kabupaten/Kota: Kota.Pariaman

Desa: Luhak Tanah Datar


Dalam sastra rakyat Minangkabau, pengertian Salawat Dulang adalah penceritaan cerita tentang kehidupan Nabi Muhammad, cerita yang memuji Nabi Muhammad, atau cerita yang berhubungan dengan persoalan agama Islam dengan diiringi irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam besar itu. Salawat dulang berkembang hingga saat ini. Dari dulunya yang hanya tampil dua orang (satu klub) untuk menyajikan buah kaji, selanjutnya salawat dulang ditampilkan oleh empat orang (dua klub) yang masing-masing membawakan buah kaji yang mereka kuasai. Lama-kelamaan berkembang pula menjadi kompetisi uji kemampuan dengan cara saling mengajukan pertanyaan dan menjawabnya. Penyajian salawat dulang juga berkembang dengan adanya pembahasan berupa masalah-masalah yang sedang berkembang di dalam masyarakat. Bahkan, di daerah Kamang-Agam, pernah terkenal “Hikayat Perang Kamang” yang merupakan cerita sejarah, yang berbeda dengan pembahasan ajaran-ajaran Islam. Namun begitu, salawat dulang tetap tidak meninggalkan aspek-aspek ajaran Islamnya, salah satunya dengan membaca salawat di awal pertunjukannya.

Irama lagu yang digunakan untuk mengiringi pendendangan teks salawat dulang juga berkembang. Dulu ketika tradisi ini berkembang di daerah Malalo, irama yang digunakan adalah “Lagu Malalo”. Sekarang berkembang ada seperti “Lagu Solok” di Solok, “Lagu Salayo” di Salayo, “Singkarak Manangih”, dan sebagainya. Sehingga, irama salawat dulang sangat beragam dan seringkali menunjukkan kekhasannya masing-masing di tiap daerah. Saat ini, irama lagu yang digunakan juga tidak terbatas hanya kepada lagu-lagu khas daerah Minang. Tetapi juga irama lagu pop, dangdut, bahkan belakangan mulai ada irama lagu-lagu tradisional dari daerah lain di Indonesia, seperti “Es Lilin” dari Sunda, dan “Butet” dari Batak.

Struktur lagu (teks) salawat dulang adalah sebagai berikut.

  1. Katubah (khotbah). Teks bagian khotbah ini terdiri dari:
    1. Imbauan Katubah (Himbauan khotbah). Isinya adalah rangkaian bunyi vokal seperti akan memanggil orang untuk datang dan mendengar salawat tersebut seperti bunyi “a…, ai…, oi…atau ei…”.
    2. Katubah (Khotbah), yaitu bagian yang berisi salam pembuka assalamua’alaikum
  2. Lagu Batang, yaitu bagian yang pendendangannya sudah mulai berirama sambil menabuh dulang. Pada bagian ini tukang salawat menyampaikan identitas tukang salawat yang tengah tampil.
  3. Yamolai. Teks ini adalah bagian yang memuja dan memuji Allah dan Rasulnya dengan kata Yamolai untuk nabi Muhammad, dan Ya Ilallah untuk Allah SWT. Selain itu, pada bagian ini juga ada permintaan maaf sebelum memulai pengajian.

Teks Yamolai ini dibagi lagi menjadi yamolai I dan yamolai II. Pada Yamolai I, tukang salawat mendendangkan kata “yamolai” dan “ilallah” hanya satu kali di akhir bait. Sedangkan pada yamolai II, kata “yamolai” dan “ilallah” didendangkan dua kali di akhir bait.

  1.  Lagu Cancang. Teks bagian ini adalah bagian inti dari keseluruhan teks. Lagu cancang ini juga terdiri dari beberapa bagian yang disebut frasa.
    1. Frasa 1, pengantar, berisi sedikit penjelasan mengenai masalah agama yang akan dibahas selanjutnya. Bagian ini juga biasa disebut lagu peralihan.
    2. Frasa 2, buah atau isi. Bagian ini berisi pengajian mengenai suatu masalah agama.
    3. Frasa 3, menjawab pertanyaan. Pada bagian ini ada jawaban pertanyaan dari grup sebelumnya. T
    4. Frasa 4, memberikan pertanyaan. Pada bagian ini grup yang sedang tampil memberikan pertanyaan untuk grup yang akan tampil sesudahnya.
    5. Frasa 5, tambahan atau hiburan. Teks ini isinya bebas dan cenderung menghibur.
  2. Penutup, yaitu teks yang mengakhiri penampilan. Kadang bagian ini berupa pantun dan permintaan agar grup selanjutnya memberikan pengajian yang bagus dan penampilan yang seru.

 

Tim Peneliti : Eka Meigalia, S.S, M.Hum

 
PENCARIAN TERKAIT
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
 

Salawat Dulang (Talam)

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Minangkabau

Genre : Prosa

Provinsi: Provinsi Sumatera Barat

Kabupaten/Kota: Kota.Pariaman

Desa: Luhak Tanah Datar


Dalam sastra rakyat Minangkabau, pengertian Salawat Dulang adalah penceritaan cerita tentang kehidupan Nabi Muhammad, cerita yang memuji Nabi Muhammad, atau cerita yang berhubungan dengan persoalan agama Islam dengan diiringi irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam besar itu. Salawat dulang berkembang hingga saat ini. Dari dulunya yang hanya tampil dua orang (satu klub) untuk menyajikan buah kaji, selanjutnya salawat dulang ditampilkan oleh empat orang (dua klub) yang masing-masing membawakan buah kaji yang mereka kuasai. Lama-kelamaan berkembang pula menjadi kompetisi uji kemampuan dengan cara saling mengajukan pertanyaan dan menjawabnya. Penyajian salawat dulang juga berkembang dengan adanya pembahasan berupa masalah-masalah yang sedang berkembang di dalam masyarakat. Bahkan, di daerah Kamang-Agam, pernah terkenal “Hikayat Perang Kamang” yang merupakan cerita sejarah, yang berbeda dengan pembahasan ajaran-ajaran Islam. Namun begitu, salawat dulang tetap tidak meninggalkan aspek-aspek ajaran Islamnya, salah satunya dengan membaca salawat di awal pertunjukannya.

Irama lagu yang digunakan untuk mengiringi pendendangan teks salawat dulang juga berkembang. Dulu ketika tradisi ini berkembang di daerah Malalo, irama yang digunakan adalah “Lagu Malalo”. Sekarang berkembang ada seperti “Lagu Solok” di Solok, “Lagu Salayo” di Salayo, “Singkarak Manangih”, dan sebagainya. Sehingga, irama salawat dulang sangat beragam dan seringkali menunjukkan kekhasannya masing-masing di tiap daerah. Saat ini, irama lagu yang digunakan juga tidak terbatas hanya kepada lagu-lagu khas daerah Minang. Tetapi juga irama lagu pop, dangdut, bahkan belakangan mulai ada irama lagu-lagu tradisional dari daerah lain di Indonesia, seperti “Es Lilin” dari Sunda, dan “Butet” dari Batak.

Struktur lagu (teks) salawat dulang adalah sebagai berikut.

  1. Katubah (khotbah). Teks bagian khotbah ini terdiri dari:
    1. Imbauan Katubah (Himbauan khotbah). Isinya adalah rangkaian bunyi vokal seperti akan memanggil orang untuk datang dan mendengar salawat tersebut seperti bunyi “a…, ai…, oi…atau ei…”.
    2. Katubah (Khotbah), yaitu bagian yang berisi salam pembuka assalamua’alaikum
  2. Lagu Batang, yaitu bagian yang pendendangannya sudah mulai berirama sambil menabuh dulang. Pada bagian ini tukang salawat menyampaikan identitas tukang salawat yang tengah tampil.
  3. Yamolai. Teks ini adalah bagian yang memuja dan memuji Allah dan Rasulnya dengan kata Yamolai untuk nabi Muhammad, dan Ya Ilallah untuk Allah SWT. Selain itu, pada bagian ini juga ada permintaan maaf sebelum memulai pengajian.

Teks Yamolai ini dibagi lagi menjadi yamolai I dan yamolai II. Pada Yamolai I, tukang salawat mendendangkan kata “yamolai” dan “ilallah” hanya satu kali di akhir bait. Sedangkan pada yamolai II, kata “yamolai” dan “ilallah” didendangkan dua kali di akhir bait.

  1.  Lagu Cancang. Teks bagian ini adalah bagian inti dari keseluruhan teks. Lagu cancang ini juga terdiri dari beberapa bagian yang disebut frasa.
    1. Frasa 1, pengantar, berisi sedikit penjelasan mengenai masalah agama yang akan dibahas selanjutnya. Bagian ini juga biasa disebut lagu peralihan.
    2. Frasa 2, buah atau isi. Bagian ini berisi pengajian mengenai suatu masalah agama.
    3. Frasa 3, menjawab pertanyaan. Pada bagian ini ada jawaban pertanyaan dari grup sebelumnya. T
    4. Frasa 4, memberikan pertanyaan. Pada bagian ini grup yang sedang tampil memberikan pertanyaan untuk grup yang akan tampil sesudahnya.
    5. Frasa 5, tambahan atau hiburan. Teks ini isinya bebas dan cenderung menghibur.
  2. Penutup, yaitu teks yang mengakhiri penampilan. Kadang bagian ini berupa pantun dan permintaan agar grup selanjutnya memberikan pengajian yang bagus dan penampilan yang seru.

 

Tim Peneliti : Eka Meigalia, S.S, M.Hum

 
PENCARIAN TERKAIT
 
 
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa