Astiti Rahayu merupakan novel karya Iskasiah Sumarto yang diterbitkan pada tahun 1976 oleh Pustaka Jaya. Novel ini terdiri atas 12 bagian, tebalnya 133 halaman. Naskah novel ini dinyatakan sebagai penerima hadiah harapan dalam Sayembara Penulisan Roman DKJ tahun 1974. Setelah terbit tahun 1976, novel ini pun memperoleh hadiah Yayasan Buku Utama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1976 untuk kategori fiksi.
Di dalam novel ini diceritakan ihwal kehidupan cinta Astiti Rahayu, seorang gadis Cilacap, mahasiswa Sastra Inggris, Fakultas Sastra UGM. Untuk mengisi waktu luangnya, gadis itu berkerja paruh waktu pada sebuah biro pariwisata sebagai pemandu wisata. Di dalam dunia kampus dan lingkungan pekerjaannya itu ia bertemu dan berkawan dengan beberapa pria hingga beberapa kali jatuh hati. Astiti sangat mendambakan cinta, terutama cinta dari pemuda Indonesia, khususnya sesama mahasiswa. Ia mengharapkan cinta Mahdi, tetapi pemuda itu telah memiliki kekasih. Kemudian, Astiti beralih menjalin hubungan dengan Harman, salah seorang pimpinan di Indonesian Tour, tetapi Harman ternyata tidak setia sehingga hubungan mereka putus. Ia berkenalan dengan Darmawan yang ditinggalkan kekasihnya, Ucik, sepupu Astiti sendiri. Mereka pun mengadakan pendekatan, tetapi Darmawan selalu teringat kepada mantan kekasihnya. Untuk itu, saat Darmawan menyatakan cintanya, Astiti ragu-ragu menerimanya. Begitulah duka lara asmara gadis Astiti. Hatinya tetap sepi.
Astiti bertemu dengan pemuda Australia, David Lansel, yang menjadi tamu wisatanya. Dalam hatinya gadis itu mengharapkan dapat menjalin hubungan dengan pria sebangsa dan seagama, tetapi tidak kesampaian karena pria sebangsa dan seagama itu sudah memiliki pasangan masing-masing atau tidak setia. Dalam keadaan seperti itulah, Astiti menerima cinta David Lansell, orang Australia yang beragama Katolik.
Hubungan cinta antara dua sejoli yang berlainan bangsa dan agama itu semakin mendalam. Astiti Rahayu merasakan kesungguhan dan ketulusan hati dan cinta pemuda Australia tersebut. Namun, pihak orang tua dan keluarga Astiti tidak merestui hubungan tersebut dengan alasan perbedaan agama semata-mata. Dengan hati yang amat sedih Astiti memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan itu ke jenjang perkawinan. Kedua-duanya memang bersikukuh dengan keyakinan agama masing-masing. Mereka berpisah baik-baik. David Lansel kembali ke Australia setelah kontrak kerjanya berakhir. Astiti kembali ke pekerjaannya dan bangku kuliahnya dengan hati yang luka, tetapi tetap tabah.
Jakob Sumardjo (1982) menyebutkan bahwa berkat novel Astiti Rahayu ini, Iskasiah Sumarto, pengarangnya, menjadi terkenal dalam dasawarsa 1970-an. Ditegaskan pula oleh Sumardjo bahwa novel itu merupakan semiotobiografi karena adanya kesamaan latar cerita dengan fakta biografi pengarangnya. Dalam Astiti Rahayu, Iskasiah mampu mengemukakan fakta biografi pengarang itu sebagai masalah yang umum, menghasilkan sebuah novel yang sangat manis jalan ceritanya, memiliki struktur plot yang kuat, bahasanya bergaya agak sederhana, agak populer dengan teknik bercerita yang memikat untuk memasuki pengalaman Astiti dan memasuki batinnya. Dalam novel ini, meskipun kehidupan kampus menjadi latar, ada latar lain yang ditampilkan, yaitu kehidupan pramuwisata, yang hanya diketahui sebagian kecil masyarakat.