Aspar, sastrawan, melahirkan berbagai karya yang berbentuk drama, dan novel. Aspar lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Nama lengkapnya Aspar Paturusi. Istrinya bernama Sulasmiwati. Aspar memperoleh ijazah Bachelor of Arts (B.A.) dari Fakultas Sastra Filsafat Jurusan Paedagogik, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan tahun 1965.
Aspar pernah mengajar di sebuah sekolah dasar di Makassar tahun 1961—1964. Dia juga tercatat sebagai pendiri Dewan Kesenian Makasar dan menjabat Ketua Departemen Sastra pada tahun 1969—1985. Dia pernah menjadi wartawan di penerbitan Bhakti Baru. Saat ini ia menjabat Ketua Komite Teater di Dewan Kesenian Jakarta mulai tahun 1990.
Aspar mulai menulis pada tahun 1957. Karyanya yang pertama berupa naskah drama. Tahun 1959 naskah dramanya dipentaskan oleh siswa SMEA Makassar. Sejak itu, Aspar menulis, menjadi pemain, dan menjadi sutradara sejumlah drama. Pada tahun 1963 dan 1964 ia menjuarai lomba deklamasi di Makassar. Tahun 1968 ia meraih hadiah pertama Sayembara Mengarang Puisi yang diselenggarakan oleh Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI) Cabang Makassar. Awal tahun 1975 ia bergabung dengan Teater Kecil asuhan Arifin C. Noer. Dia juga turut bermain di Taipei, Taiwan (1984) dengan Teater Saja pimpinan Ikranagara dan pernah pentas di Singapura dan Malaysia pada tahun 1985. Aspar juga pernah meraih predikat sebagai aktor terbaik pada Festival Sinetron Indonesia tahun 1990 dalam Sinetron "Anak Hilang" karya Slamet Raharjo.
Novelnya Arus (Bhakti Baru, Ujung Pandang), pada tahun 1974 memperoleh penghargaan dalam Sayembara Mengarang Roman DKJ. Dua dramanya, Duta Perdamaian dan Samindara masing-masing memperoleh penghargaan dalam Sayembara Penulisan Sandiwara Anak-Anak, Direktorat Pembinaan Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1978 dan penghargaan dalam Sayembara Penulisan Sandiwara Dewan Kesenian Jakarta tahun 1980.
Novelnya yang lain adalah Pulau (1976). Novelnya itu disinetronkan dengan judul "Laki-Laki dari Tanjung Bira" (1992). Aspar juga menulis novel anak-anak yang berjudul Kampung si Etin (1977) terbitan Kurnia Esa, Jakarta dan Hilangnya Sayap si Tikus (1979). Karyanya yang berupa sajak dimuat dalam bunga rampai Sajak-Sajak dari Makassar bersama Rahman Arge, Husni Jamaludin, Arsal Alhabsi, dan Sinansari Ecip (1974). Kumpulan puisinya berjudul Sukma Laut (1985) terbitan PT Puisi Indonesia, Jakarta. Sajak-sajaknya juga dimuat dalam Antologi Puisi Indonesia (1992) terbitan PT Global Nusantara, Jakarta, antologi Ombak Losari (1993), Puisi Bosnia (1993) terbitan PT Global Nusantara, Jakarta, Tonggak III; Ajip Rosidi (1991), Kratz (1988), Secangkir Harapan (2012), dan Pamusuk Eneste (1990) menulis biografi pendek Aspar, mendaftar, dan mengupas karyanya.
Tahun 1992, ia memperoleh Piala Viia sebagai Pemain Utama Pria Terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia (FSI). Dalam Festival Istiqlal II (1995) ia mementaskan karyanya "Perahu Nuh II".