Aoh Karta Hadimadja adalah pengarang yang lahir di Bandung tanggal 15 September 1911. Dia adalah putra seorang patih di Sumedang, Jawa Barat. Adiknya, Ramadhan K.H., sama-sama dikenal sebagai pengarang. Awal kepengarangan Aoh ditandai oleh hasil karyanya yang berupa sajak. Minat dan bakat kepengarangannya timbul ketika ia dirawat di Sanatorium Cisarua, Bogor. Untuk menghilangkan kebosanan serta ketegangan pikiran, ia banyak membaca buku, terutama buku agama dan sastra. Sejak itu, bangkitlah keinginannya untuk menulis. Dalam karyanya Aoh sering menggunakan nama samaran Karlan Hadi.
Aoh dengan mudah memasuki sekolah-sekolah Belanda karena ia adalah seorang anak patih. Oleh karena itu, bahasa asing yang pertama kali dikuasainya adalah bahasa Belanda. Pendidikannya secara formal hanya sampai MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), setingkat SMP. Walaupun hanya tamat MULO, berkat kegemaran membacanya yang besar, ia dapat menyejajarkan dirinya dengan orang-orang yang berpendidikan lebih tinggi daripadanya. Setelah menamatkan MULO, ia langsung bekerja sebagai employee di perkebunan karet Parakan Salak, Sukabumi, Jawa Barat. Pekerjaan itu dijalaninya sampai dengan tahun 1939 karena Aoh harus dirawat di Sanatorium Cisarua, Bogor.
Pada tahun 1949—1952 Aoh tinggal di Sumatra untuk melakukan penyelidikan budaya. Sepulangnya dari Sumatra, ia sempat bekerja di Balai Pustaka sebagai redaktur selama beberapa bulan. Setelah itu, ia pergi ke negeri Belanda. Di negeri Belanda ia bekerja sebagai penerjemah di Sticusa Amsterdam selama empat tahun (1952—1956).
Dalam hal pekerjaan, Aoh senang bertualang dan berpindah-pindah. Pada tahun 1957 ia pernah menjadi wartawan Star Weekly dan tahun 1950—1952 wartawan di Mimbar Oemoem, Medan. Dia juga sempat menghadiri pesta perayaan kemerdekaan Malaysia di Kuala Lumpur. Setelah itu, Aoh kembali mengembara ke Eropa. Ketika di Eropa, Aoh tinggal di London dan bekerja sebagai penyiar radio BBC hingga tahun 1970.
Hidup bertahun-tahun mengembara di negeri orang ternyata membuat Aoh rindu pada kampung halaman. Setelah dua puluh tahunan tinggal di negeri orang, Aoh kembali ke Indonesia tahun 1971. Namun, belum genap 3 tahun Aoh tinggal di Indonesia, tanggal 17 Maret 1973, Tuhan Yang Mahakuasa memanggilnya. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum Karet, Jakarta.
Bakat kepengarangan Aoh tumbuh dengan subur. Banyak karya-karyanya berbentuk sajak. Sajak-sajak itu kemudian diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1950 dengan judul Zahrah. Sebelum dibukukan, puisi-puisi tersebut pernah dimuat dalam majalah Pantja Raja tahun 1946 dan setahun kemudian (1947) mendapat hadiah dari Balai Pustaka. Tahun 1971 buku itu dicetak ulang oleh Pustaka Jaya dengan judul baru Petjahan Ratna.
Untuk menambah pengetahuannya di bidang sastra, pada zaman Jepang Aoh menggabungkan diri dengan Pusat Kebudayaan di Jakarta. Di Pusat Kebudayaan itu Aoh bekerja sebagai penerjemah kesusastraan Sunda klasik. Selain itu, ia juga banyak membaca buku-buku karya Hamka. Aoh tidak hanya mengenal Hamka melalui buku-bukunya, tetapi langsung dengan orangnya. Bahkan, ia juga bergaul dengan ayah Hamka. Melalui dua orang tersebut, Aoh memperdalam sastra. Dia menganggap kedua orang itu sebagai gurunya.
Kepengarangan Aoh muncul tidak hanya ketika tinggal di Indonesia. Selama di London ternyata Aoh tidak mengendurkan perhatiannya terhadap perkembangan sastra Indonesia. Dari sana ia banyak mengirimkan esainya tentang berbagai corak puisi penyair-penyair muda yang dimuat di berbagai majalah, seperti Boedaja Djaja, Horison, dan terutama Indonesia Raja. Pada masa-masa itu muncul karyanya dalam bentuk cerpen yang kemudian dibukukan dan diberi judul Poligami.
Anugerah yang pernah diperolehnya adalah anugerah dari Balai Pustaka. Selain itu, Anugerah Seni diperoleh dari Pemerintah Indonesia. Sejak tahun 1976 BBC London Seksi Indonesia selalu mengadakan sayembara penulisan puisi dengan nama "Sayembara Sajak BBC" guna memperingati dan mengenang jasa-jasa Aoh Karta Hadimadja.
Aoh termasuk tokoh sastrawan Indonesia yang patut dicatat dalam sejarah sastra Indonesia meskipun hampir sepertiga masa hidupnya dihabiskannya di luar negeri. "Dia sesungguhnya menjadi sebagian dari perkembangan kesusasteraan sesudah perang" (Menurut Teeuw, 1978).
Sajak-sajak yang ditulis oleh Aoh Karta Hadimadja bernafaskan ketuhanan, seperti "Di Bawah Kaki Kebesaranmu" yang dimuat dalam majalah Pantja Raja, Th. I, No. 19, 17 Agustus 1946 (Jassin, 1975)
Karya sastra yang dihasilkannya cukup banyak, ada yang berbentuk fiksi dan nonfiksi. Karya fiksinya adalah (1) Zahrah. Cetakan I. 1950, Jakarta: Balai Pustaka. Buku tersebut dicetak ulang oleh Pustaka Jaya dengan judul Petjahan Ratna (kumpulan sajak dan drama) 1971; (2) Sepi Terasing (novel), 1975, Jakarta: Pustaka Jaya; (3) Manusia dan Tanahnya (kumpulan cerpen, 1972, Jakarta Pustaka Jaya; (4) Poligami (kumpulan cerpen), 1975, Jakarta: Pustaka Jaya; (5) Dan Terhamparlah Darat yang Kuning Laut yang Biru (novel), 1975, Jakarta: Pustaka Jaya.
Karya Aoh Karta Hadimadja yang belum terbit sebagai buku berbentuk drama dan puisi, yaitu (1) "Arus Perdjuangan" (drama), (2) "Bumiku" (puisi), (3) "Bunga Merdeka" (drama), dan (4) "Kapten Sjaf" (drama).