|
|
Abu Hanifah adalah seorang sastrawan (khususnya penulis naskah lakon) dan novelis. Ia juga cendekiawan, budayawan, dan politikus Indonesia yang mendapat gelar Datuk Maharaja Emas. Abu Hanifah yang memakai nama samaran El Hakim ketika menulis naskah lakon dan novel, lahir di Padangpanjang, Sumatra Barat, tanggal 6 Desember 1906. Dia meninggal Jumat subuh, 4 Desember 1979 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta karena penyakit lever dan konplikasi penyakit lainnya yang dideritanya selama tujuh bulan.
Abu Hanifah menamatkan pendidikannya di Indische Arts tahun 1932 dan sekolah tabib tinggi tahun 1940. Tahun 1962 ia memperoleh gelar doktor honoris causa dari Akademi Belle Artes Brazil. Sesuai dengan pendidikannya, tahun 1946 Abu Hanifah bekerja di RSUP Jakarta. Dia pun pernah membuka praktik dokter di Sukabumi. Selanjutnya, ia bertugas sebagai dokter di daerah Rimbu. Pengalamannya selama di Rimbu dituangkannya ke dalam novelnya yang berjudul Dokter Rimbu. Karyanya yang lain yang berkaitan dengan profesinya sebagai dokter adalah naskah lakon yang berjudul Intelek Istimewa yang mengetengahkan peran sosial seorang dokter yang ingin menyumbangkan keahlian dan kebaktiannya pada tanah air dan bangsanya.
Abu Hanifah menyandang berbagai profesi selain dokter. Dia berpengalaman dalam mengelola media massa cetak, antara lain pernah menjadi redaktur majalah Jong Sumatra, Pemuda Indonesia, dan Indonesia Raja. Dia juga aktif dalam pergerakan kemerdekaan dan organisasi politik. Pada masa pendudukan Jepang, ia tercatat sebagai pemimpin Barisan Hizbullah dan ikut terjun melawan serdadu Jepang yang ketika itu dengan beringas merusak rumah ibadat. Atas jasanya menyelamatkan sejumlah gereja dari keganasan serdadu Jepang, Abu Hanifah mendapat anugerah Bintang Kehormatan dari Sri Paus Johanes XXIII. Meskipun bekerja sebagai pemimpin organisasi pergerakan Islam, Abu Hanifah bukanlah orang yang fanatik dalam beragama. Dia seorang nasionalis. Dalam lakon Taufan di Atas Asia, misalnya, tampak pandangan Abu Hanifah yang mengungkapkan bahwa dasar-dasar ajaran Islamlah yang patut dijadikan landasan ideal. Namun, ia juga melontarkan gagasan tentang perlunya persatuan antara golongan Islam dan kaum nasionalis.
Gagasan Abu Hanifah ini bisa terwujud berkat pandangannya bahwa dalam hidup ini perlu dicapai harmoni. Menurut Jassin, pada saat manusia telah naik meninggi melepaskan diri dari hawa nafsu, di sana tidak ada lagi Barat dan Timur. Di sana hanya ada harmoni. Abu Hanifah digolongkan Jassin sebagai penulis lakon masa Jepang. Lakon-lakonnya mencerminkan pandangan politiknya, terutama sikap politiknya terhadap pemerintah pendudukan Jepang.
Kegiatan di bidang politik ternyata lebih menyita minat dan perhatian Abu Hanifah (Ajip Rosidi, 1982). Ia aktif berkecimpung dalam bidang politik dan pemerintahan. Abu Hanifah adalah salah seorang tokoh dalam Kongres Pemuda yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Bulan September 1948 ia tercatat sebagai anggota Masyumi dan bulan Desember 1949 ia terdaftar sebagai anggota Panitia Persiapan Nasional. Dalam Kabinet RIS (1950) ia menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Jabatan ini sesuai dengan minat dan perhatian Abu Hanifah yang sudah ditekuninya. Ia juga terkenal sebagai seorang budayawan dan pelukis sekaligus dapat berbicara panjang lebar tentang filsafat, sebagaimana dituangkan dalam bukunya Rintisan Filsafat. Minat dan perhatiannya itu diungkapkan lewat tulisan-tulisan tentang dunia pendidikan. Sebagai pelukis, ia pernah menyelenggarakan pameran lukisan di dalam dan di luar negeri.
Selain aktif sebagai politikus di dalam negeri, di luar negeri Abu Hanifah berpengalaman sebagai diplomat. Di luar negeri, antara lain di Roma dan Brazil, ia pernah menjabat sebagai duta besar. Dalam Interasiatic Relations Conference di New Delhi yang diselenggarakan bulan Maret 1947 ia tercatat sebagai pemimpin delegasi Indonesia. Tahun 1950 ia dipercaya sebagai ketua delegasi Indonesia ke pertemuan Unesco yang diadakan di Florence dan tahun 1951 ia menjabat anggota eksekutif pada Markas Besar Unicef di New York. Tahun 1951--1957 ia tercatat pula sebagai penasihat pada Kementerian Luar Negeri, sedangkan tahun 1952 ia menjabat Wakil Ketua Lembaga Indonesia Urusan Masyarakat Dunia.
Sebagai sastrawan, khususnya sebagai penulis naskah lakon, Abu Hanifah berusaha mempertahankan kehidupan lakon di Indonesia, terutama pada masa pendudukan Jepang. Usahanya dalam memperjuangkan penemuan nilai-nilai budaya sendiri patut dihargai. Himpunan sandiwara penggemar Maya, yang mementaskan naskah lakon Abu Hanifah dengan jelas dan tegas menuliskan maksud dan tujuannya, yaitu "memajukan seni sandiwara pada khususnya, kebudayaan pada umumnya, dengan berdasar pada kebangsaan, kemanusiaan, dan ketuhanan". Dengan demikian, Maya yang di dalamnya ada peran Abu Hanifah merupakan satu-satunya himpunan sandiwara yang secara tegas merumuskan tujuan aktivitasnya, yakni tegaknya kejayaan budaya Indonesia.
| |
PENCARIAN TERKAIT
AbuiProvinsi Nusa Tenggara Timur Bahasa Abui (Aboa) dituturkan di Desa Dede Kadu, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat di sebelah timur dan selatan ... SabuProvinsi Nusa Tenggara Timur Bahasa Sabu dituturkan di Desa Tanajawa Mesara, Kecamatan Hawu Mehara; di Desa Raemude dan Desa Mebba, Kecamatan Sabu Barat;dan di Desa Limagque, Ey Madake dan Ledeke, ... TabundungProvinsi Nusa Tenggara Timur Bahasa Tabundung dituturkan di Desa Billa, Kecamatan Tabundung, Kabupaten Sumba Timur, Pulau Sumba, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa ... TaliabuProvinsi Maluku Utara Bahasa Taliabu dituturkan oleh masyarakat di Desa Kawadang, Kecamatan Taliabu Timur Selatan, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan ... AbunProvinsi Papua Barat Bahasa Abun dituturkan di Kampung Wau, Distrik Abun, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Abun juga digunakan oleh penduduk yang berada di ... AbuiProvinsi Nusa Tenggara Timur Bahasa Abui (Aboa) dituturkan di Desa Dede Kadu, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat di sebelah timur dan selatan ... SabuProvinsi Nusa Tenggara Timur Bahasa Sabu dituturkan di Desa Tanajawa Mesara, Kecamatan Hawu Mehara; di Desa Raemude dan Desa Mebba, Kecamatan Sabu Barat;dan di Desa Limagque, Ey Madake dan Ledeke, ... TabundungProvinsi Nusa Tenggara Timur Bahasa Tabundung dituturkan di Desa Billa, Kecamatan Tabundung, Kabupaten Sumba Timur, Pulau Sumba, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa ... TaliabuProvinsi Maluku Utara Bahasa Taliabu dituturkan oleh masyarakat di Desa Kawadang, Kecamatan Taliabu Timur Selatan, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan ... AbunProvinsi Papua Barat Bahasa Abun dituturkan di Kampung Wau, Distrik Abun, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Abun juga digunakan oleh penduduk yang berada di ... |
|