Peneliti : Tubiyono, dkk.
Tanggal Penelitian : 01-01-1998
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mengungkap jenis, tema, dan bentuk (rumus atau pola) sastra lisan bahasa Jawa Tengger. Data penelitian berupa informasi tentang jenis, tema, dan bentuk sastra lisan bahasa Jawa Tengger. Adapun sumber datanya adalah informan dan sumber tertulis yang relevan.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa jenis sastra lisan yang hidup di Tengger adalah mitos, legenda, dan dongeng. Selain itu, juga dapat mengungkapkan tema dan pola sastra lisan yang berkembang di masyarakat Tengger. Sesuai dengan kriteria, jenis sastra lisan mitos yang berkembang di masyarakat Tengger adalah mitos Loro Anteng dan Joko Seger. Adapun jenis sastra lisan legenda adalah legenda terjadinya pegunungan di kawasan Tengger dengan tokoh Loro Anteng dan Kiai Bimo. Dongeng juga hidup di Tengger, misalnya cerita rujakan, cerita orang kesasar, dan cerita perjalanan gaib ongkek. Tema yang berkembang pada sastra lisan masyarakat Tengger dapat dibedakan menjadi empat subtema, yaitu moral (etika), pendidikan lingkungan sosial, dan lingkungan alam. Tema moral berisi hubungan manusia dengan Tuhan, misalnya meletusnya Gunung Bromo dan lahar beserta apinya menjilat-jilat mencari Kesuma ketika Loro Anteng dan Joko Seger belum memenuhi nazar dan janjinya, hubungan manusia dengan manusia, misalnya perkawinan Loro Anteng dan Joko Seger yang menggambarkan perpaduan dua lapisan masyarakat, hubungan manusia dengan makhluk lain, misalnya cerita “Rujakan” yang memberikan penghormatan pada tanaman jagung. Tema yang lain beserta contohnya dapat diketahui dari kandungan cerita-cerita yang berkembang pada masyarakat Tengger. Rumus atau pola sebagian sastra lisan (karena ada sastra lisan yang tidak berpola) biasanya diawali dengan penggambaran hal-hal yang positif atau seimbang (Equilibrium, disingkat E) kemudian ada gangguan yang menyebabkan kehidupan tidak seimbang (Lack, disingkat L). Karena itu ada usaha untuk menghilangkan gangguan (Lack Liquidated, disingkat LL). Akhirnya, muncul kembali situasi harmonis (E).
Khusus sastra lisan yang berkembang di Tengger, yang berpola adalah cerita sejarah dan legenda. Cerita sejarah berpola E-L-LL-E, misalnya cerita asal-usul nama Tengger. Pola sastra lisan yang berwujud legenda adalah E-L-LL-LL-E, misalnya legenda terjadinya pegunungan di kawasan Tengger. Deskripsinya adalah sebagai berikut. Tahap I: Loro Anteng yang cantik dan berbudi pekerti luhur, didambakan banyak laki-laki untuk menjadi istrinya (E). Tahap II: Timbul gangguan psikologis dan kegelisahan, karena adanya seorang peminang dari golongan jahat, yaitu Kiai Bimo (L). Tahap II : Syarat yang memberatkan Kiai Bimo yang diajukan Loro Anteng sebagai isyarat penolakan (LL). Tahap IV: Setelah Kiai Bimo pergi, Loro Anteng dan Joko Seger hidup harmonis.
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, jenis sastra lisan yang berkembang di Tenger adalah mitos, dongeng, dan legenda. Kedua, sastra lisan Tengger bertema moral (etika), pendidikan, lingkungan sosial, dan lingkungan alam. Ketiga, jenis sastra lisan Tengger berpola E-LL-E dan E-L-LL-LL-E (khusus cerita sejarah dan legenda). Penelitian Sastra Lisan Bahasa Jawa Tengger ini dilakukan di daerah suku Tengger yang tinggal di Probolinggo, jadi wilayah penelitiannya khusus dan terbatas. Dengan demikian, kesimpulan yang dihasilkan pun hanya didasarkan pada data bahasa Jawa Tenger Probolinggo. Akan lebih baik jika wilayah penelitiannya meliputi semua wilayah kediaman suku Tengger, yaitu Kabupaten Lumajang, Malang, dan Kabupaten Pasuruan sehingga bahasa Jawa Tengger dalam judul penelitian ini dapat menggambarkan seluruh kekhasan sastra lisan bahasa Jawa Tengger.