Peneliti : Bambang Purnomo, dkk.
Tanggal Penelitian : 01-01-1997
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap mandala dan eksistensinya dalam kebudayaan, khususnya penulisan karya sastra Jawa Kuna. Penelitian yang bersifat kualitatif ini menggunakan data teks-teks yang terdapat dalam naskah Nagarakertagama, Pararaton, Korawasrama, Partayajna, Arjuna Wijaya, Rajapati Gundala, Sudamala, Sri Tanjung, Nawaruci, dan Tantu Panggelaran. Naskah yang digunakan sebagai sumber data ini memuat hal-hal yang dapat sedikit memberikan keterangan tentang mandala, yaitu manggala, kolofon, bahasa yang digunakan, isi cerita, penulis, dan saat penulisan.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa isi cerita, penulisan, dan saat penulisan naskah-naskah Jawa di daerah berada di luar tembok-tembok istana raja yang sejauh ini dapat dipahami sebagai pusat kebudayaan bagi masyarakat pada zamannya (cf. Pigeaud, 1967; Zoetmulder; 1983) “sastra mandala”. Eksistensi mandala sebagai penghasil karya sastra mandala memunculkan penyesuaian dengan kondisi alam dan pandangan hidup Jawa karena jarak yang dimilikinya dari sumber-sumber India. Teks-teks yang disimpulkan sebagai karya sastra mandala mengalami penyesuaian dalam hal bahasa dan isinya. Adaptasi kreatif dalam bahasa, misalnya pemunculan istilah-istilah Jawa Kuna yang menggunakan struktur atau dimirip-miripkan dengan bahasa Sansekerta. Penyesuaian isi, misalnya pemindahan Gunung Mahameru, konsep dewa-dewa dan sebagainya yang berperan dalam pembentukan mitologi Jawa. Adapun teks-teks yang disimpulkan sebagai karya sastra mandala adalah Tantu Panggelaran, Korawasrama, dan Pararaton. Teks Nagarakrtagama dan Nawaruci disimpulkan sebagai karya sastra semi mandala, sedangkan Sudamala dan Sri Tanjung diklasifikasikan sebagai karya sastra yang mungkin berasal dari mandala.
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa mandala sebagai daerah komunitas yang independen atau bebas dari ketergantungan terhadap istana sebagai pusat pemerintahan dan dipimpin oleh seorang resi atau gurudewa menghasilkan karya sastra yang menonjolkan unsur autochon (asli, tawa), baik yang disesuaikan (adaptasi kreatif) maupun tidak. Keberadaan mandala menjadi penting karena menghasilkan karya sastra yang dimitoskan di Jawa.