• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 

Penelitian Bahasa dan Sastra dalam Naskah Cerita Sri Tanjung di Banyuwangi

Kategori: Penelitian Bahasa

 

Peneliti : Ny. Anis Aminoedin, dkk.

Tanggal Penelitian : 01-01-1991

Abstrak :

Naskah cerita “Sri Tanjung” sangat terkenal di sekitar Banyuwangi dan Bali, tetapi tidak dikenal di daerah lain. Pelestarian naskah itu tidak cukup dengan disimpan dan dipelihara saja, tetapi harus diselidiki dan diinventarisasi, baik identitas, bentuk, maupun isinya. Penelitian terdahulu berhasil membandingkan antarversi naskah cerita “Sri Tanjung” yang terdapat di Bali dan Banyuwangi. Dengan latar belakang itu, penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran sebagaimana adanya tentang naskah cerita “Sri Tanjung” di Banyuwangi, yang meliputi transliterasi, penetapan identitas, deskripsi isi, dan membandingkan bahasa dalam naskah cerita “Sri Tanjung” di Banyuwangi dengan serat “Sri Tanjung” Prijono. Teori yang gunakan dalam penelitian ini adalah teori filologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-interpretatif atau kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka, observasi, dan wawancara. Pengolaan data dilakukan melalui pengkartuan, transkripsi, dan pembandingan.

Simpulan penelitian ini adalah bahwa naskah cerita “Sri Tanjung” di Banyuwangi merupakan salah satu versi naskah cerita “Sri Tanjung” yang ada dan isinya masih hidup di kalangan masyarakat Banyuwangi, bahkan dianggap cerita itu benar-benar terjadi. Naskah itu berperan sebagai alat penghibur. Naskah cerita “Sri Tanjung” di Banyuwangi memunyai beberapa ciri, yaitu bertuliskan huruf Arab Pegon berbahasa Jawa Pertengahan yang sudah baru, ditulis di atas kertas yang sudah agak rusak berukuran 17 X 21 cm, diperkirakan ditulis pada tahun 1671 AJ atau 1746 AD, dan berbentuk tembang macapat. Perbedaan dengan naskah cerita “Sri Tanjung” Prijono adalah bahwa naskah cerita “Sri Tanjung” Prijono telah direkonstruksi oleh Prijono untuk mendapatkan pakem cerita “Sri Tanjung”. Cerita “Sri Tanjung” merupakan cerita percintaan yang mengandung ajaran moral bahwa yang baik dan benar akan mendapat pahala, sedangkan yang jahat dan salah akan mendapat hukuman. Dengki dan fitnah akan membawa kehancuran,

 
PENCARIAN TERKAIT

  • Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
    Tayangan Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
  • Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia
    Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia Daring ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari versi cetaknya yang sudah terlebih dahulu diterbitkan pada tahun 2013.
  • A. Mustofa Bisri
    A. Mustofa Bisri atau seringkali dipanggil Gus Mus lahir di Rembang, 10 Agustus 1944, dan sampai saat ini memimpin Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Istrinya ...
  • Cerita Wayang
    Wayang merupakan cerita yang bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata yang kemudian dikembangkan dalam tradisi pertunjukan wayang. Wayang itu sendiri merupakan boneka tiruan orang yang terbuat ...
  • Kamus Besar Bahasa Indonesia 5
    Layanan Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring
  •  
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
     

    Penelitian Bahasa dan Sastra dalam Naskah Cerita Sri Tanjung di Banyuwangi

    Kategori: Penelitian Bahasa

     

    Peneliti : Ny. Anis Aminoedin, dkk.

    Tanggal Penelitian : 01-01-1991

    Abstrak :

    Naskah cerita “Sri Tanjung” sangat terkenal di sekitar Banyuwangi dan Bali, tetapi tidak dikenal di daerah lain. Pelestarian naskah itu tidak cukup dengan disimpan dan dipelihara saja, tetapi harus diselidiki dan diinventarisasi, baik identitas, bentuk, maupun isinya. Penelitian terdahulu berhasil membandingkan antarversi naskah cerita “Sri Tanjung” yang terdapat di Bali dan Banyuwangi. Dengan latar belakang itu, penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran sebagaimana adanya tentang naskah cerita “Sri Tanjung” di Banyuwangi, yang meliputi transliterasi, penetapan identitas, deskripsi isi, dan membandingkan bahasa dalam naskah cerita “Sri Tanjung” di Banyuwangi dengan serat “Sri Tanjung” Prijono. Teori yang gunakan dalam penelitian ini adalah teori filologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-interpretatif atau kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka, observasi, dan wawancara. Pengolaan data dilakukan melalui pengkartuan, transkripsi, dan pembandingan.

    Simpulan penelitian ini adalah bahwa naskah cerita “Sri Tanjung” di Banyuwangi merupakan salah satu versi naskah cerita “Sri Tanjung” yang ada dan isinya masih hidup di kalangan masyarakat Banyuwangi, bahkan dianggap cerita itu benar-benar terjadi. Naskah itu berperan sebagai alat penghibur. Naskah cerita “Sri Tanjung” di Banyuwangi memunyai beberapa ciri, yaitu bertuliskan huruf Arab Pegon berbahasa Jawa Pertengahan yang sudah baru, ditulis di atas kertas yang sudah agak rusak berukuran 17 X 21 cm, diperkirakan ditulis pada tahun 1671 AJ atau 1746 AD, dan berbentuk tembang macapat. Perbedaan dengan naskah cerita “Sri Tanjung” Prijono adalah bahwa naskah cerita “Sri Tanjung” Prijono telah direkonstruksi oleh Prijono untuk mendapatkan pakem cerita “Sri Tanjung”. Cerita “Sri Tanjung” merupakan cerita percintaan yang mengandung ajaran moral bahwa yang baik dan benar akan mendapat pahala, sedangkan yang jahat dan salah akan mendapat hukuman. Dengki dan fitnah akan membawa kehancuran,

     
    PENCARIAN TERKAIT

  • Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
    Tayangan Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
  • Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia
    Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia Daring ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari versi cetaknya yang sudah terlebih dahulu diterbitkan pada tahun 2013.
  • A. Mustofa Bisri
    A. Mustofa Bisri atau seringkali dipanggil Gus Mus lahir di Rembang, 10 Agustus 1944, dan sampai saat ini memimpin Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Istrinya ...
  • Cerita Wayang
    Wayang merupakan cerita yang bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata yang kemudian dikembangkan dalam tradisi pertunjukan wayang. Wayang itu sendiri merupakan boneka tiruan orang yang terbuat ...
  • Kamus Besar Bahasa Indonesia 5
    Layanan Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring
  • Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
    Tayangan Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
  • Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia
    Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia Daring ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari versi cetaknya yang sudah terlebih dahulu diterbitkan pada tahun 2013.
  • A. Mustofa Bisri
    A. Mustofa Bisri atau seringkali dipanggil Gus Mus lahir di Rembang, 10 Agustus 1944, dan sampai saat ini memimpin Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Istrinya ...
  • Cerita Wayang
    Wayang merupakan cerita yang bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata yang kemudian dikembangkan dalam tradisi pertunjukan wayang. Wayang itu sendiri merupakan boneka tiruan orang yang terbuat ...
  • Kamus Besar Bahasa Indonesia 5
    Layanan Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring
  •  
     
     
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa