Peneliti : Tri Winiasih
Tanggal Penelitian : 01-01-2006
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi sikap bahasa masyarakat Surabaya terhadap boso Suroboyoan berdasarkan asal daerah penutur dan variabel usia, jenis kelamin, serta pendidikan. Penelitian ini menggunakan teori pengasaran atau disfemia dan sikap bahasa. Subjek penelitian ini adalah penutur boso Suroboyoan yang menetap di Surabaya. Data penelitian ini berupa ucapan lisan atau kata-kata lisan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan pencatatan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode penyediaan data-data dan metode analisis data. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini menghasilkan hal-hal berikut. Pertama, sikap bahasa masyarakat Surabaya terhadap boso Suroboyoan berdasarkan asal penuturnya dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu sikap positif dan negatif. Sikap positif terhadap boso Suroboyoan ditunjukkan oleh masyarakat dan penduduk asli. Hal ini tercermin dari kesetiaan dan kebanggaan mereka terhadap boso Suroboyan dengan menganggap bahwa (1) leksikon yang dianggap kasar dalam acara resmi secara linguistik dianggap tidak kasar, (2) leksikon-leksikon yang dianggap kasar yang digunakan dalam acara resmi (berita) dianggap biasa oleh masyarakat asli Surabaya, (3) leksikon-leksikon yang dianggap kasar dalam acara berita “pojok kampung” perlu dipertahankan, (4) masyarakat pendatang menunjukkan sikap negatif terhadap boso Suroboyoan yang tercermin dari ketidakbanggaan mereka terhadap boso Suroboyoan. Mereka menganggap bahwa (1) leksikon yang dianggap tidak kasar secara linguistik ternyata dianggap kasar, (2) leksikon-leksikon yang secara linguistik dianggap kasar, dalam acara resmi dianggap tidak cocok atau tidak mendidik, (3) leksiko-leksikon yang dianggap kasar dalam acara berita “pojok kampung” JTV tidak perlu dipertahankan, (4) secara umum, boso Suroboyoan yang digunakan dalam komunikasi adalah kasar. Kedua, sikap bahasa masyarakat Surabaya terhadap boso Suroboyoan dipengaruhi oleh variabel usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Sikap bahasa masyarakat asli Surabaya yang berusia lebih tua (46 tahun ke atas) lebih positif dan sikap bahasa masyarakat pendatang yang berusia lebih muda (17-25 tahun) lebih positif daripada kelompok usia diatasnya (26-45 tahun). Sikap bahasa masyarakat laki-laki Surabaya terhadap boso Suroboyoan lebih positif daripada masyarakat perempuan, sedangkan sikap bahasa masyarakat Surabaya yang berpendidikan rendah lebih positif daripada yang berpendidikan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada beberapa saran yang disampaikan yaitu perlu adanya tindak lanjut terhadap penelitian sikap bahasa masyarakat Surabaya terhadap boso Suroboyoan, khususnya faktor yang melatarbelakanginya dan penelitian ini perlu ditindaklanjuti, baik dalam kajian sosiolinguistik maupun kajian psikologi dan budaya.