Isa merupakan nama salah seorang nabi. Dalam Alquran dijelaskan bahwa Isa adalah seorang nabi, rasul, yang dilahirkan oleh Mariyam. Dia membawa ajaran monoteisme.
Isa, yang oleh umat Kristen disebut Yesus Kristus, dipandang sebagai Allah-manusia. Selama hidupnya di dunia, Isa (Yesus) banyak melakukan perbuatan mukjizat, antara lain menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Namun, Isa (Yesus) itu sendiri pada akhirnya harus mengakhiri hidupnya melalui kayu salib. Isa (Yesus) dihukum mati oleh musuh-musuhnya dengan disalib di bukit Golgota. Bagi umat Kristen, kematian Isa (Yesus) di kayu salib merupakan upaya penyelamatan dan penebusan dosa umat manusia.
Dalam puisi Indonesia modern, Isa cukup banyak diacu. Kisah pengacuan kepada Isa dalam sajak-sajak Indonesia tersebut kebanyakan bertolak dari kisah Isa yang terdapat dalam agama Kristen, sebagaimana yang terdapat dalam puisi Chairil Anwar berikut (yang ditujukan kepada Nasrani Sejati):
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segera
mengatup luka
aku bersuka
itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
Dalam puisi Chairil Anwar itu Isa digambarkan sebagaimana Isa yang terdapat dalam kepercayaan Kristen, yaitu Isa yang disalib untuk menebus dosa umat manusia. Oleh karena itu, dalam puisi "Isa" tersebut diungkapkan: itu Tubuh/mengucur darah/ mengucur darah.
Selain terdapat dalam sajak "Isa" karya Chairil Anwar, kisah Isa juga muncul dalam puisi "Doa" (Adri Darmadji Woko), "Pahlawan Budiman" (PH Joko Pinurbo), "Pada Suatu Bulan yang Cerah" (M. Poppy Donggo Hutagalung), "Natal Pertama: Adam dan Eva" (Andre Hardjana). "Interferensi Lonceng-Lonceng Mekanik" (Darmanto Yatman), "Anak" (Darmanto Yatman), "Kepada Tanah Air" (Djawastin Hasugian), dan "Gula-Gula" (Joss Sarhadi). Dalam puisi tersebut Isa ditampilkan sebagaimana yang terdapat dalam kepercayaan Kristen.