Indera Bangsawan adalah salah satu nama kelompok drama bangsawan yang ada di Indonesia. Kelompok drama bangsawan ini sebenarnya tumbuh subur di Malaysia. Kelompok drama bangsawan yang pertama adalah Pushi Indera Bangsawan of Penang, yang dipimpin oleh Mamak Pushi di Pulau Penang pada tahun 1885.
Kelahiran Indera Bangsawan tidak dapat dipisahkan dari Wayang Parsi atau Mendu. Pada Tahun 1870-an, Wayang Parsi memasuki Tanah Melayu dibawa oleh orang-orang dari India. Masyarakat Melayu menyukai pementasan Wayang Parsi itu.
Perkumpulan wayang Parsi pun tidak bertahan lama karena mengalami kebangkrutan. Namun, Mamak Pushi atau Mohammad Pushi menyelamatkan rombongan itu. Dia membeli semua tirai, pakaian, alat-alat bunyian, dan perkakas lain milik Wayang Parsi. Akan tetapi, mamak Pushi tidak dapat mengelola Wayang Parsi secara baik sehingga perkumpulan itu tidak lama kemudian mengalami nasib yang sama dengan kelompok sebelumnya.
Setelah perkumpulan itu bubar, lahirlah bentuk kesenian baru di tanah Melayu yang disebut drama bangsawan. Dari segi etimologi bahasa Melayu, kata bangsawan berasal dari kata 'bangsa' yang berarti sekumpulan atau segolongan manusia yang bersatu sebagai kumpulan tertentu dan kata 'wan' yang berarti gelar untuk keturunan raja-raja. Jadi, kata 'bangsawan' berarti golongan manusia yang berketurunan raja-raja atau golongan-golongan atasan dalam masyarakat. Perkumpulan drama bangsawan yang terkenal adalah Drama Indera Bangsawan.
Mamak Pushi mampu mengarahkan anak-anak bangsawan untuk menjaga diri dan kelakuannya masing-masing agar drama bangsawan mempunyai kedudukan istimewa. Hal itu bukan tanpa alasan karena Mamak Pushi sebenarnya berasal dari golongan yang ternama dalam masyarakat Melayu. Dalam mengelola kelompok Drama Indera Bangsawan, ia dibantu oleh anaknya, Bai Kasim.
Dari segi teknik pertunjukan, pementasan Drama Indera Bangsawan pada mulanya masih mengikuti pola-pola Wayang Parsi. Namun, teknik pertunjukannya berubah menjadi bentuk yang khas, yang lebih menonjolkan sifat-sifat kemelayuan. Perbedaan lain yang juga tampak pada segi teknik peralatan dan para pemain. Dari segi kebahasaan, setiap pementasannya mempergunakan bahasa Melayu. Oleh karena itu, masyarakat tanah Melayu pun ada yang memberi sebutan "Bangsawan Melayu"
Dalam kaitan sebagai bentuk seni drama baru, Kelompok Drama Indera Bangsawan membawa arti istimewa karena mampu mendudukkan kumpulan seni itu kepada peringkat yang tertinggi dalam masyarakat pada masa itu. Drama bangsawan menjadi bentuk seni drama yang menjadi kesukaan setiap golongan masyarakat karena mampu memenuhi selera masyarakat. Perkumpulan itu akan berpindah tempat apabila daerah yang ditempatinya mulai sepi penonton. Namun, suatu saat perkumpulan itu akan kembali lagi membawakan cerita lain.
Cerita-cerita yang dipentaskan adalah cerita dari Tanah Melayu, yang dibawakan dengan pakaian bermotif Melayu dan pelaku-pelakunya terdiri dari anak-anak Melayu. Cerita yang pernah ditampilkan, antara lain, adalah "Bistamani, Malek Siku Lazam", dan "Sultan Ajaib Muka Kuda".
Drama Indera Bangsawan merupakan bentuk kelompok kesenian yang fungsinya sebagai hiburan. Hal itu berbeda dengan kelompok drama sebelumnya yang dikenal sebagai 'drama istana'. Selain sebagai pembawa hiburan, Drama Indera Bangsawan juga berfungsi sebagai seni drama populer yang dapat diperdagangkan sebagai mata pencaharian. Bahkan, kalau perlu ia tidak segan-segan memotong alur cerita yang dipentaskannya apabila penontonnya sepi. Oleh sebab itu, mutu seni menjadi merosot dan menjadi salah satu penyebab keruntuhan drama bangsawan.
Drama Indera Bangsawan pernah mengadakan pementasan di Sumatera dan Jakarta. Akhirnya, Indonesia merupakan tempat terakhir kejayaan Drama Indera Bangsawan. Mamak Pushi menjual perkakas-perkakas perkumpulannya kepada bangsawan Sumatera, Jaafar The Turk. Pada tahun 1920-an perkumpulan itu menjadi bernama Stambul, kependekan dari kata Istambul, ibukota Turki.