Surat kabar Masa Kini, diterbitkan pertama kali pada tahun 1974 oleh penerbit Yayasan Mercu Suar, Yogyakarta dengan moto "berprinsip, independen, membangun". Surat kabar Masa Kini yang berukuran 57 x 45 cm itu terbit setiap hari. Jenis kertas yang digunakan, baik dalam halaman isi maupun kertas sampul adalah kertas koran. Surat kabar yang dijual dengan harga eceran Rp 20,00 dan harga berlangganan Rp400,00 ini cukup diminati pembaca dengan tiras penerbitan 5.000 eksemplar. Sasaran pembacanya adalah masyarakat kelas menengah. Para penulis artikel yang dimuat dalam surat kabar Masa Kini diberi imbalan yang pantas.
Staf redaksi surat kabar Masa Kini adalah H. Ahmad Basuni (pemimpin redaksi), Drs. Moehadi Sofyan (wakil I), Drs. Muidin (wakil II), H. Moehadi Moenawir (pemimpin perusahaan), H. Ahmad Basuni, Drs. Moehadi Sofyan, Drs Muidin, M. Muklas Abror, dan Wildan H.M. (dewan redaksi), Wasir Nuri, Djasari, Bsc., Dra. Retno Faridah, Sudaryono, Sjahsil Chili, Emha Ainun Nadjib, Soeparno S. Ardhy, dan Sri Puji Rahayu (anggota redaksi).
Rubrik yang terdapat dalam surat kabar Masa Kini ini bermacam-macam, yaitu politik, ekonomi, agama, pendidikan, keamanan, kewanitaan, psikologi, berita daerah dan nasional, olah raga, sastra, serta resep masakan. Harian ini juga memuat karya sastra secara rutin, seperti puisi, cerita pendek (cerpen) , dan cerita bersambung (cerber). Selain itu untuk memberikan kesempatan kepada pembaca mengungkapkan gagasannya, surat kabar Masa Kini menyediakan ruang khusus untuk pembaca (surat pembaca). Penulis "surat pembaca" tersebut berasal dari kalangan intelektual dari kota Yogyakarta dan sekitarnya.
Harian Masa Kini juga informasi tentang memuat kegiatan yang berbentuk sayembara maupun pementasan, antara lain, pementasan drama oleh Teater Bunga Kiprah yang diselenggarakan oleh pelajar SMP Bopkri Yogyakarta dengan pengayomnya Sayuti Abdullah pada tanggal 23 September 1976. Kegiatan Poetry Reading para seniman muda Yogyakarta yang diikuti oleh seniman muda lainnya, seperti Group Poetry Reading PSK (Umbu Landu Paranggi CS), INSANI Emha Ainun Nadjib CS, Remaja Nasional (UKA Ardhana CS), Teater Gadjah Mada UGM, dan Teater Muslim serta pecinta seni Yogyakarta. Kegiatan ini diselenggarakan oleh UII Yogyakarta pada tanggal 2 Februari 1975 dengan tingkat penyelenggaraan bersifat lokal. Penyelenggaraan kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta pada puisi. Pembacaan puisi ini dilakukan dengan mengelompokkan tema-tema yang sesuai, misalnya sajak yang berisi protes, cinta, dan sajak murni yang mewarnai acara poetry reading, sedangkan seniman-seniman kampus cenderung melakukan protes sosial terutama yang berhubungan dengan birokrat kampus. Emha Ainun Nadjib membacakan sajak bertema cinta karya Rendra.
Harian Masa Kini juga memuat sayembara mengarang cerpen (berbahasa Indonesia) yang diselenggarakan oleh Kincir Emas, Radio Nederland bekerja sama dengan perusahaan penerbangan KLM. Selain memuat sayembara mengarang cerpen, surat kabar Masa Kini juga memuat sayembara mengarang prosa yang diselenggarakan oleh Sekretariat Badan Pembina Pusat (BP 3), Departeman Sosial yang diselenggarakan bulan Oktober-November 1976.
Penulis sastra dalam majalah ini cukup banyak dan nama para penulisnya terkenal sampai saat ini, seperti Emha Ainun Nadjib, Gunoto Sapari, Bambang Permadi, Linus Suryadi AG., Joko Winarno, M. Faturochman, Jabrohim, Yudhistira Ardi Noegraha, Noorca Marendra, D./A. Peransi, Ignas Kleden, Ali Audah, Ragil Suwarna Pragolapati, Arwan Tuti Artha, dan Popo Iskandar
Di antara karya sastra yang diterbitkan dalam surat kabar Masa Kini adalah, "Hilangnya Kitab Suta Soma" karya R.S. Rudhatan (cerber, 1 April 1975); "Kota Yogya III" karya M. Faturohman (puisi, 4 Juni 1975); "Mau Baca-Baca Puisi di Pekalongan" oleh Emha Ainun Nadjib (esai, 8 Januari 1975); "Episode Pagi" karya Jabrohim (puisi, 8 januari 1975); "Sejoli Burung Dara" karya Yudhistira Ardi Noegraha (puisi, 15 Januari 1975); "RABB" karya Noorca Marendra (puisi, 15 Januari 1975); "Penterjemah Bukan Sekadar Tukang" oleh Ali Audah (esai, 17 Februari 1975); "Mungkin Lain Kali" Karya A. Adjib Hamzah (cerpen, 4 Oktober 1975); "Engkau Membiarkan Aku Membiarkan" karya Gunoto Saparie (puisi, 15 Oktober 1975); "Hingar Bingar Kota Kamal" karya Suwarna Pragolopati (cerber, 30 Oktober 1976); "LIA" karya Antho Mulyanto Massardi (cerpen, 1 Desember 1976).