Majalah Arena adalah majalah kebudayaan yang diterbitkan pertama kali tanggal 1 Mei 1955 oleh penerbit Firma Pustaka Maju, Jalan Sutomo P. 342, Medan, Sumatra Utara dengan moto "Segar Bernilai dan Populer." Pada tahun 1957 motonya berubah menjadi "Untuk Politik, Kebudayaan dan Pengetahuan Umum". Majalah Arena terbit dua kali sebulan (dwimingguan) dengan ukuran 21 x 28 cm. Jenis kertas yang digunakannya, baik untuk halaman isi maupun halaman sampul, adalah kertas koran. Harga majalah ini per eksemplar Rp3,50 dan untuk luar negeri Rp4,00. Harga langganan per kuartal (6 nomor) Rp20,00. Cara berlangganan membayar 3 bulan di muka dan setelah uang diterima akan dikirim majalahnya.
Staf redaksi majalah Arena pada tahun 1955 adalah M. Arbie (direksi), Abbas Hassan dan Asrul Tumenggung (pemimpin redaksi), Muslim R. dan Nasrun Araby (tata usaha). Pada tahun 1956 pengelola majalah ini mengalami perubahan: Mahdhar (direksi), Pardjo (wakil direksi), Abbas Hassan (ketua redaksi), Asrul Tumenggung, Matu Mona, dan Marzuki Markiman (sebagai dewan redaksi). Pada tahun 1957 ada perubahan staf redaksi, yaitu Mahdhar (direksi), Matu Mona (pemimpin redaksi), Marzuki Markiman (wakil pemimpin redaksi), dan Dhalika Tadaus (redakksi).
Rubrik yang terdapat dalam majalah Arena ini bermacam-macam, yaitu olahraga, politik, ekonomi, sosial, sastra, pendidikan, adat istiadat, agama, dan biografi. Tahun 1957 rubrik dalam majalah itu sudah berkurang, yang masih ada ialah rubrik politik, kebudayaan, pengetahuan umum, dan sastra. Ruang khusus sastra berjudul "Sipongang" memuat puisi, cerita pendek, cerita bersambung, drama, dan kritik esai secara rutin. Editor di bidang sastra adalah Asri Muchtar dan Marzuki Markiman. Selain itu, untuk memberikan kesempatan kepada pembaca menyampaikan gagasannya, majalah Arena menyediakan ruang khusus untuk pembaca (surat pembaca). Penulis "surat pembaca" tersebut berasal dari kalangan masyarakat terpelajar dari berbagai kota, seperti Lhok Seumawe, Riau, Bukittinggi, Padang, Solok, Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Malang, Makassar, Manado, Kutoarjo, Bukittinggi, Medan, Malang, dan Ambon.
Majalah ini tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Agen di luar negeri terdapat di Singapura dan Malaysia, sedangkan di dalam negeri,antara lain di Medan, Kotaraja, Padang, Jakarta, Tegal, Yogyakarta, Singaraja, dan Manado.
Majalah Arena cukup diminati pembaca. Hal itu terlihat dari pertambahan tiras penerbitannya. Pada tahun pertama terbit jumlah tirasnya adalah 3.000 eksemplar, tahun kedua, yaitu tanggal 15 September 1956, tirasnya berjumlah 10.000 eksemplar. Sasaran pembaca majalah Arena adalah masyarakat kelas menengah.
Majalah Arena mempunyai peran penting dalam perkembangan sastra Indonesia karena banyak karya sastra yang diterbitkannya. Tahun 1955 majalah ini menerbitkan 20 puisi, 28 cerita pendek, dan 2 cerita bersambung; tahun 1956 menerbitkan 20 puisi, 24 cerita pendek, 4 cerita bersambung, dan 9 esai; tahun 1957 menerbitkan 41 puisi, 27 cerita pendek, 1 cerita bersambung, 1 drama, dan 19 esai; dan tahun 1958 menerbitkan 21 puisi, 3 cerita pendek, dan 1 cerita bersambung.
Penulis sastra yang muncul dalam majalah ini cukup banyak dan namanya terkenal sampai saat ini, seperti Matu Mona, Suwardi Idris, A. Damhoeri, Bokor Hutasuhut, Boejoeng Saleh, Pramoedya Ananta Toer, L.K. Ara, dan Djamil Suherman. Selain itu, ada juga penulis pemula seperti Iwi Kentjana, A. Soekardi, A. Manan Thaib, Bachran, Burhanuddin Ahmad, D. Ch. Nasution, W.A. Kemals Django, D. Zauhidhie, Asri Muchtar, Tedja, A. Fauzy, Bachtiar Effendi, dan Raizul Masa.
Di antara karya sastra yang diterbitkan dalam majalah Arena dapat disebut, antara lain, cerita pendek "Membalas Dendam" karya El Fakry, dalam Arena No. 3 Tahun I, 1 Juni 1955; "Sebuah Kegagalan" karya A. Damhoeri, dalam No. 4 Tahun II, 15 Februari 1956; "Gadis Desa Tarogong" karya Matu Mona dalam Arena No. 10 Tahun II, 15 September 1956, dan "Kisahnya Haji Solihun" karya Ali Sukardi dalam Arena >No. 5 Tahun II, 1 Maret 1956; dan "Terlalu Lekas Menuduh yang Bukan-Bukan" karya Iwi Kentjana dalam Arena No. 14 Tahun. II, 15 November 1956. Puisi "Yakinkalah Teman" karya Andang Teruna dalam Arena No. 1 Tahun II, 1 Mei 1955; "Aku Pasti Kembali" karya Kemala Widjaya dalam Arena No. 9 Tahun I, 1 September 1955; "Jumpa I dan II" karya L.K. Ara dalam Arena No. 6 Tahun III, 15 Maret 1957; dan "Derita" karya W.A. Kemala Django dalam Arena No. 7 Tahun III, 1 April 1957. Selain karya sastra yang berbentuk puisi, dan cerpen, artikel yang berupa kritik sastra juga banyak diterbitkan dalam majalah Arena, antara lain, "Kebuayaran Pribadi" oleh Bokor Hutasuhut dalam Arena No. 6 Th. III, 15 Maret 1957; "Puisi Modern dan Spisipiknya" oleh H.A. Dharsono dalam Arena No. 8—9 Tahun III, 1 Mei 1957; dan "Maju Mundurnya Prosa Indonesia" oleh Matu Mona dalam Arena No. 4 Tahun III, 15 Februari 1957.
Majalah Arena pada tanggal 7 Juli 1957 bekerja sama dengan Jawatan Kebudayaan Perwakilan Sumut mengadakan Pertemuan Sastra yang diikuti oleh para sastrawan.