Di Ambang Fajar merupakan novel karya Sri Bekti Subakir yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, Jakarta pada tahun 1974. Novel itu mendapat hadiah pertama dari Yayasan Buku Utama pada tahun 1974. Novel setebal 168 halaman itu terdiri atas dua belas bab. Di Ambang Fajar mengisahkan kehidupan Herdiarto atau Herdi, seorang anak pasangan guru dan bidan, yang menderita cacat fisik karena polio. Pada saat Herdi duduk di bangku SMA, ia berkenalan dengan Yanti, gadis cantik yang pindah dari Jakarta. Kepada Herdi, Yanti menceritakan kakaknya, Ria, serta alasan kepindahannya dari Jakarta ke Wonosobo. Kondisi fisik Herdi tidak membuatnya berkecil hati. Herdi dan kawan-kawannya, termasuk Yanti, turut serta dalam rangka perayaan Hari Kebangkitan Nasional di sekolahnya.
Selepas SMA, Herdi dan Yanti berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan mereka di Universitas Indonesia. Ketika memasuki dunia perkuliahan dan bergabung dengan komunitas baru, mereka menghadapi situasi yang berbeda. Selain menekuni kuliahnya, Herdi memberikan les privat. Berkat beasiswa, Herdi melanjutkan sisa studinya di Mashassuchet.
Dari pembicaraan antara ayah dan ibu Yanti, diketahui bahwa mereka tidak menyukai Herdi. Yanti pun mengetahui bahwa perempuan yang dipanggilnya ibu bukanlah ibu kandungnya.
Di luar negeri Herdi berteman dekat dengan Clara. Namun, keraguan Clara untuk tinggal di Indonesia membuat Herdi pulang seorang diri ke Indonesia. Herdi dan Yanti bertemu kembali. Pada akhirnya, hubungan mereka direstui oleh ayah Yanti
Pengarang mengangkat kisah keterbatasan fisik manusia bukan merupakan hambatan untuk meraih cita-cita dan cinta apabila disertai kemauan kuat dan kerja keras. Hal itu tercermin dari usaha yang dilakukan pelaku utama cerita, yakni Herdi yang mengalami cacat fisik karena polio. Namun, Herdi mampu menyelesaikan studi sampai ke jenjang perguruan tinggi.