• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 
Empat Serangkai   (1954)
Kategori: Karya Sastra

 

Empat Serangkai merupakan kumpulan empat cerita pendek karya Suwarsih Djojopuspito yang diterbitkan oleh Penerbit Kebangsaan, PT Pustaka Rakyat, Jakarta, Mei 1954. Keempat cerpen itu ialah "Seruling di Malam Sepi", "Artinah", "Baju Merah", dan "Perempuan Jahat".

Empat Serangkai mengisahkan kehidupan rumah tangga, seperti cobaan hidup yang dihadapi suami-istri, kesetiaan yang teruji bagi berbagai kehidupan dalam lapisan masyarakat dan pergaulan dalam tingkatan yang ada di masyarakat sehingga timbul berbagai akibat.

Dalam cerpen-cerpen itu tersirat suasana pemberontakan yang berupa protes kaum wanita terhadap kaum pria. Protes itu kadang-kadang terasa lepas dari hubungan ceritanya.

Cerpen berjudul "Artinah" menampilkan pandangan masyarakat, bahwa wanita yang belum menikah akan mendapat celaka atau bernasib malang. Masyarakat akan menghargainya apabila wanita yang belum atau terlambat menikah itu, menikah dengan duda yang sudah beranak atau sudah bercucu.

Cerpen "Perempuan Jahat" mengisahkan tentang perkawinan Hersitu dengan Slamet. Hersitu sebenarnya tidak mencintai suaminya itu. Walaupun demikian, mereka dikaruniai dua anak. Setelah perkawinan berjalan sepuluh tahun, Hersitu jatuh cinta kepada laki-laki lain yang bernama Iskandar. Iskandar sebenarnya sudah menikah dengan Artitu yang tidak didasari oleh perasaan cinta. Hersitu dan Iskandar saling mencintai, tetapi masing-masing menyadari bahwa keduanya telah berumah tangga sehingga keduanya berusaha untuk mengakhiri hubungan mereka. Di pihak lain, suami Hersitu telanjur sudah mengetahui hubungan istrinya dengan laki-laki lain sehingga timbul rasa cemburu. Hal itu menyebabkan Slamet tidak memberikan kesempatan kepada istrinya untuk memperbaiki kekeliruannya. Ia menuduh istrinya sebagai perempuan jahat.

 
PENCARIAN TERKAIT
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
 
Empat Serangkai   (1954)
Kategori: Karya Sastra

 

Empat Serangkai merupakan kumpulan empat cerita pendek karya Suwarsih Djojopuspito yang diterbitkan oleh Penerbit Kebangsaan, PT Pustaka Rakyat, Jakarta, Mei 1954. Keempat cerpen itu ialah "Seruling di Malam Sepi", "Artinah", "Baju Merah", dan "Perempuan Jahat".

Empat Serangkai mengisahkan kehidupan rumah tangga, seperti cobaan hidup yang dihadapi suami-istri, kesetiaan yang teruji bagi berbagai kehidupan dalam lapisan masyarakat dan pergaulan dalam tingkatan yang ada di masyarakat sehingga timbul berbagai akibat.

Dalam cerpen-cerpen itu tersirat suasana pemberontakan yang berupa protes kaum wanita terhadap kaum pria. Protes itu kadang-kadang terasa lepas dari hubungan ceritanya.

Cerpen berjudul "Artinah" menampilkan pandangan masyarakat, bahwa wanita yang belum menikah akan mendapat celaka atau bernasib malang. Masyarakat akan menghargainya apabila wanita yang belum atau terlambat menikah itu, menikah dengan duda yang sudah beranak atau sudah bercucu.

Cerpen "Perempuan Jahat" mengisahkan tentang perkawinan Hersitu dengan Slamet. Hersitu sebenarnya tidak mencintai suaminya itu. Walaupun demikian, mereka dikaruniai dua anak. Setelah perkawinan berjalan sepuluh tahun, Hersitu jatuh cinta kepada laki-laki lain yang bernama Iskandar. Iskandar sebenarnya sudah menikah dengan Artitu yang tidak didasari oleh perasaan cinta. Hersitu dan Iskandar saling mencintai, tetapi masing-masing menyadari bahwa keduanya telah berumah tangga sehingga keduanya berusaha untuk mengakhiri hubungan mereka. Di pihak lain, suami Hersitu telanjur sudah mengetahui hubungan istrinya dengan laki-laki lain sehingga timbul rasa cemburu. Hal itu menyebabkan Slamet tidak memberikan kesempatan kepada istrinya untuk memperbaiki kekeliruannya. Ia menuduh istrinya sebagai perempuan jahat.

 
PENCARIAN TERKAIT
 
 
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa