Hujan Kepagian merupakan kumpulan cerita pendek karya Nugroho Notosusanto, diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta, tahun 1958 (cetakan pertama), 1983 (cetakan ke-4), dengan tebal 83 halaman, ilustrasi buku dibuat oleh Puranto Yapung. Buku itu memuat enam cerita pendek yang menampilkan kisah-kisah di sekitar zaman revolusi. Perang di dalam cerita tidak hanya dilihat dari sudut kekejaman dan heroisme, juga dilihat dari sisi kemanusiaan.
Cerpen "Senyum" mengisahkan tokoh aku yang datang ke makam pahlawan, kemudian berbicara dengan makam. Dari kuburan itu muncul arwah yang berbicara tentang pengalamannya yang terakhir hingga ia mati dengan senyuman.
Di kalangan tentara ada satu kepercayaan, bahwa seseorang akan mati konyol apabila memerkosa seorang wanita sebelum maju ke medan perang. Hal itu dialami oleh Dik dalam cerpen "Konyol". Sebenarnya di dalam cerita itu tidak ada perkosaan karena Dik dan pacarnya saling mencintai. Namun, dalam perjalanan pulang dari pertempuran tiba-tiba saja Dik kepleset dan kecemplung ke dalam kali hingga tulangnya patah-patah.
Kepercayaan lain dalam tentara ialah, bahwa dua bersaudara tidak boleh bekerja dalam satu pasukan. Dalam cerpen "Pembalasan Dendam" dua saudara kembar (Jon dan Con) berada dalam suatu tugas patroli. Jon ditangkap dan dibunuh Belanda, kemudian Con saudara kembar Jon mau membunuh prajurit Belanda yang kebetulan tertangkap. Namun, belum sempat melakukan niatnya, Con dan teman-temannya dicegat oleh pasukan liar yang memaksa mereka untuk menyerahkan prajurit Belanda itu. Con merasa kasihan kepada prajurit Belanda itu, kemudian dengan tindakan tegas ia berhasil melepaskannya dari tangan gerombolan.
Tokoh perawan yang digambarkan Nugroho dalam cerpen "Perawan di Garis Depan" adalah seorang gadis yang mengalami penderitaan pahit karena kematian ibu dan saudaranya. Perawan itu akhirnya masuk tentara, kemudian berkali-kali diperkosa oleh teman sepasukannya hingga ia menjadi seorang wanita yang keras dan kejam. Ia menembak mati pemuda yang memerkosanya dan dalam pertempuran ia selalu berjuang dengan penuh keberanian.
Cerpen "Exekusi" merupakan laporan pandangan mata yang tidak menunjukkan pergolakan batin. Lukisan kejadian dan penggambaran jiwa perampok yang dihukum tembak, orang-orang yang dekat padanya, orang-orang yang pernah dirugikannya dan algojo-algojo menjalankan hukuman tembak terlalu datar.
Menurut Korrie Layun Rampan (1983), semua cerpen Nugroho Notosusanto mempunyai nada dasar yang sama, yaitu perjuangan! Umumnya para tokoh yang ditampilkan adalah anak-anak muda yang pergi meninggalkan orang tua mereka untuk memanggul senjata di medan laga. Mereka berjuang tanpa pamrih.
H.B. Jassin (1961) berpendapat, bahwa Hujan Kepagian merupakan cerita tentang pemuda-pemuda yang dalam usia dini (muda) harus mengalami berbagai kesukaran di garis depan.