Hati Yang Damai merupakan novel karya Nh. Dini diterbitkan oleh Pustaka Jaya, terbit pertama kali tahun 1961, cetakan ke-2 tahun 1976. Hati yang Damai mengisahkan Dati dengan bekas kekasihnya baru pindah ke kota tempat tinggalnya. Laki-laki itu bernama Sidik, seorang pria yang sudah mulai tua, tetapi semangatnya dalam mengejar cinta masih terlihat kuat. Dati hampir menyesal, mengapa ia mau datang menemui laki-laki itu. Dati mengatakan bahwa dirinya telah bersuamikan seorang penerbang dan ia mempunyai dua anak. Namun, Sidik tetap tidak peduli dan berusaha memancing agar hubungan cinta mereka tetap berlangsung.
Dalam keluarganya, konon Dati dibesarkan dalam kekerasan. Untuk itu, ia mencari "kebahagiaan" di luar rumah, misalnya ia selalu bermanja-manja pada kawan-kawan prianya di luar rumah, termasuk kepada Sidik yang pernah menjadi kekasihnya. Hal itu terbawa hingga kehidupan rumah tangganya di kemudian hari.
Dati menikah dengan Wija ketika ia sudah putus cinta dengan Sidik. Wija menikah dengan Dati karena pemuda penerbang itu mencintai Dati. Sementara itu, Dati dalam waktu cukup lama belum dapat mencintai suaminya dengan sepenuh hati.
Suatu hari, Sidik, bekas kekasihnya yang sudah menjadi pejabat datang ke rumah Dati bersama anaknya dan sejak itu Sidik sering bertemu dengan Dati. Ketika Dati mengandung dua bulan, Dokter Nardi bekas kawannya memeriksa kandungan Dati. Dokter Nardi menasihati Dati agar berhati-hati menghadapi Sidik yang senang bertualang, tetapi Dati tidak waspada. Hingga suatu ketika, saat Sidik sedang berada di rumah Dati, tiba-tiba datang berita, bahwa Wija Dati mengalami kecelakaan pesawat. Dati terkejut lalu pingsan, Sidik segera mengambil kesempatan dengan berpura-pura menolong mengangkat Dati ke kamarnya. Tanpa ragu-ragu dan tanpa rasa kasihan Sidik meniduri Dati sehingga wanita itu bertambah sedih, kecewa, dan marah menghadapi sikap Sidik. Konflik keluarga tidak dapat dielakkan ketika Wija pulang karena ternyata ia selamat dari kecelakaan itu. Untunglah, Dokter Nardi berhasil melerai konflik dalam keluarga Dati dan mereka berbahagia kembali.
Novel Hati yang Damai menurut Jakob Sumardjo (1982), temanya adalah penyelewengan seorang istri, setingnya penghidupan sebuah keluarga penerbang, gaya ceritanya naratif oleh orang pertama (aku). Imaginasinya kaya dalam bentuk realisme dengan catatan kita bisa menebak macam apa cerita yang disuguhkan novelis wanita kita yang terkemuka ini. Memang sepintas nampaknya seperti novel ringan yang biasa disajikan oleh majalah hiburan karena kecenderungan yang memudahkan persoalan hidup. Dalam jenis cerita hiburan ini seorang istri yang tidak setia selalu ditempatkan pada kondisi yang memungkinkannya, misalnya si istri ternyata bersuami seorang pelaut atau si suami sibuk mengurus pekerjaan atau si suami impoten. Suatu dasar yang dengan mudah dicerna logika.
Begitu pula novel Dini ini. Kecenderungan tidak setia seorang istri penerbang yang pada waktu itu sedang sibuk dibebani tugas berperang di "Barat" (Sumatra Barat pada masa PRRI). Suatu seting kehidupan yang nyaris bersifat pop, tetapi dalam novel ini ada hal yang unik dan mengejutkan. Akhir cerita dikunci dengan kesadaran seorang istri yang tidak setia di luar dugaan kita. Inilah nilai sastra novel ini. Plot cerita yang didasarkan pada penukikan psikologi tokoh-tokohnya. Dari sana digali titik tolak perbuatan-perbuatan manusia yang bisa dialami siapa saja.
Arwan Tuti Artha (1983) dalam artikelnya "Ketelitian Bertutur dan Seleksi yang Ketat", bahwa kelebihan Dini adalah ketelitian dalam bertutur dan mencoba selalu tidak lepas dari tema percintaan, kehidupan rumah tangga, dan pembentukan 'organ' keluarga. Hal itu pernah dicobanya dalam menceritakan Dati pada novel Hati yang Damai. Persoalan yang ditampilkan, misalnya, perkawinan atas dasar cinta sepihak dapatkah membawa kebahagiaan dan kerukunan? Hal tersebut terjawab pada akhir cerita. Dati pada akhirnya dapat menerima cinta Wija dengan dilandasi oleh saling pengertian antara keduanya.