Getaran-Getaran merupakan salah satu novel karya Haryati Soebadio yang pertama kali diterbitkan oleh PT Djambatan, Jakarta, tahun 1990. Novel Getaran-getaran berisi ajakan kepada pembaca untuk berdiskusi tentang berbagai pemikiran seputar mistik. Haryati bercerita tentang Rani yang menjadi janda muda karena suaminya (Pak Jul) meninggal tiba-tiba. Isu yang beredar tentang suami Rani itu karena kualat pada mendiang istri pertamanya. Dugaan lebih diperkuat lagi ketika Rani menjual rumah tersebut yang selama ini dibanggakan oleh suaminya. Belakangan baru diketahui dari surat-surat Pak Jul yang dititipkan kepada penasihat hukumnya yang menyatakan, bahwa ia sering melihat bayang-bayang yang selalu mengganggunya dan ia menduga bayang-bayang itu adalah bayang-bayang mendiang istrinya.
Masalah yang dikisahkan novel itu lebih mengarah kepada hantu dan mistik. Pak Jul, suami Rani, semasa hidupnya tidak pernah jujur terhadap mendiang istri pertamanya. Oleh karena itu, ia selalu diganggu bayang-bayang istrinya. Begitu pula Rani yang menjual harta benda almarhum suaminya juga diganggu oleh bayang-bayang istri pertama Pak Jul, tetapi Rani tidak pernah merasa diganggu.
Haryati menulis dalam Warta UI tahun 13, Nomor 46 Agustus 1990, halaman 1 kolom 1—5 tentang novel Getaran-Getaran bahwa novel itu "terbuka" karena dirinya dalam menulis tidak lagi mencantumkan nama samaran Aryanti untuk nama pengarang, tetapi Haryati Soebadio. Bagi Haryati "menulis itu iseng". Sebuah ungkapan yang ringan dan main-main kedengarannya, tetapi wujud yang muncul tidak demikian. Pada dasarnya Haryati selalu menulis perihal hantu dan mistik. Meskipun diakuinya pada hal-hal yang berbau takhayul ia masih antara percaya dan tidak sebab "hingga saat ini saya belum pernah melihat yang namanya makhluk gaib".
Ismiati Boer yang menulis dalam Kompas, tahun 26 Nomor 17, terbit 15 Juli 1990, halaman 12 kolom 1—3. Ia mengemukakan bahwa novel Getaran-Getaran merupakan pembicaraan pergunjingan para janda. Sebagai seorang penulis wanita, Haryati termasuk penulis yang berani. Hal itu terlihat dari kalimat pembuka novel itu terasa panjang dan melelahkan. Akan tetapi, dengan gaya bahasa semacam itu, penulis mampu mengajak pembacanya mengikuti kisah berliku-liku tentang sebuah rumah tua, rumah peninggalan Belanda yang dibeli seorang pengusaha untuk istrinya. Sang istri, Atika ternyata malah bunuh diri di rumah tersebut. Rani, istri kedua seorang mantan sekretaris, cewek modern yang senang serba kepraktisan menjual rumah tua tersebut. Semua itu dilakukan Rani setelah Pak Jul meninggal kena serangan jantung. Di sekitar rumah tua inilah terjadi pergunjingan di antara para janda atau para sekretaris yang belum menikah membicarakan berbagai macam hal, mulai dari misteri dalam rumah tua itu sampai ke perkawinan dan juga keputusan untuk tidak menikah dari berbagai tokoh dalam Getaran-Getaran. Di dalam cerita tersebut lengkap menghadirkan para normal, dukun, dan berbagai macam teori psikologi yang ikut melancarkan jalan cerita. Kelebihan lain dari Haryati, ia dapat menghidangkan sesuatu yang belum banyak dibicarakan orang lain, yakni dunia wanita yang sarat misteri dan pembaca diajak ikut menyelusuri misteri termaksud.
Rita Srihastuti menyoroti novel Getaran-Getaran karya Haryati Soebadio dalam majalah Editor No. 5 tahun IV, tanggal 13 Oktober 1990, halaman 100, mengatakan, bahwa Haryati merupakan wanita yang tertarik menulis mengenai mistik, masalah yang berhubungan dengan kepercayan orang pada makhluk halus. Hal itu tidak berarti, ia selalu bercerita mengenai kehanyutannya pada dunia itu. Bahkan, dalam bukunya Getaran-getaran, Haryati terkesan ingin mengatakan bahwa di era modern seperti sekarang pun pemahaman mistik masih ada di sekitar kita dan itu bukan hanya dongeng. Selain itu, Rita Srihastuti mengatakan, bahwa Haryati mampu menceritakan hal itu dengan menarik. Ia menulis dengan bahasa yang sederhana dan lugas.
Maman S. Mahayana dkk. (1992) mengatakan, bahwa secara tematik novel Getaran-Getaran sangat menarik, yakni tentang rumah kuno yang angker. Persoalan menjadi lebih menarik karena dilatarbelakangi oleh peristiwa bunuh diri, kematian mendadak dan berturut-turut dari pemilik rumah itu memperkuat latar cerita yang berkisar pada rumah kuno. Latar yang demikian menjadi lebih menarik lagi melalui alur cerita yang berliku-liku. Dalam hal ini pengarang terkesan hendak menyajikan rangkaian peristiwanya mirip cerita detektif.