Halaman Beranda
Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan
Ahli Bahasa
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)
Bahasa Daerah Di Indonesia
Duta Bahasa
KBBI
Penelitian Bahasa
Registrasi Bahasa
UKBI
Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah
Indeks Kemahiran Berbahasa
Revitalisasi Bahasa Daerah
Gejala Sastra
Hadiah/Sayembara Sastra
Karya Sastra
Lembaga Sastra
Media Penyebar/Penerbit Sastra
Pengarang Sastra
Penelitian Sastra
Registrasi Sastra Cetak
Registrasi Sastra Lisan
Registrasi Manuskrip
Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan
Statistik
Info
Kubah merupakan novel karya Ahmad Tohari yang diterbitkan pertama kali oleh Pustaka Jaya, Jakarta, tahun 1980. Novel tersebut kemudian diterbitkan ulang pada tahun 1995 oleh Penerbit Gramedia. Ada perbedaan jumlah halaman antara terbitan pertama dan terbitan kedua. Terbitan pertama tebalnya 184 halaman, sedangkan terbitan kedua tebalnya 189 halaman. Perbedaan lainnya terletak pada gambar sampul depan. Novel ini merupakan karya Ahmad Tohari pertama yang diterbitkan sebagai buku. Buku tersebut dinyatakan sebagai novel terbaik yang terbit pada tahun 1980 sehingga memperoleh hadiah dari Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1981. Tahun 1986 novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan diterbitkan oleh sebuah penerbit di Tokyo.
Kubah mengisahkan pengalaman lahir dan batin seorang bekas tahanan politik. Mula-mula tokoh tersebut terbujuk untuk memasuki sebuah partai politik. Tokoh utama novel itu mengalami berbagai kejadian dalam menjelang dan selepas peristiwa G-30-S PKI. Setelah masa hukumannya habis, ia mendapat kebebasan. Pembebasan jiwanya pun semakin dirasakan setelah membuat kubah untuk bangunan mesjid di kampung halamannya. Judul novel ini tidak dapat dilepaskan dari kata kubah yang memiliki makna simbolik. Ada paradoks antara masuk PKI pada masa jayanya partai tersebut dan "masuk" mesjid melalui pembuatan kubah sebagai simbol kembalinya seorang korban dari sebuah petualangan politik. Novel Kubah merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang merekam peristiwa pra- dan pasca- G-30 S/PKI. Korrie Layun Rampan (1981) menyatakan bahwa rekaman peristiwa tersebut mempunyai kadar sastra yang baik. Artinya, rekaman peristiwa itu terukur dan proposional. Sejalan dengan itu, Kosasih Kamil (1980) menghubungkan novel itu dengan tahanan politik Pulau Buru. Oleh karena itu, dalam pandangan Maman S. Mahayana (1985) Kubah sangat beralasan untuk mendapat predikat fiksi terbaik karena ada beberapa aspek yang menarik dari struktur formalnya, cara pengalurannya yang menggunakan teknik sorot balik. Masalah-masalah yang hendak disampaikan Tohari cukup luas menyelusup ke dalam diri tokoh-tokohnya.