|
Ni Rawit Tjeti Penjual Orang
(1935)
|
|
|
Ni Rawit Tjeti Penjual Orang merupakan novel pertama karya Anak Agung Njoman Pandji Tisna yang diterbitkan pertama kali tahun 1935. Novel tersebut banyak melibatkan persoalan pemerintahan Hinia Belanda. Cetakan pertama novel tersebut diterbitkan tahun 1935 oleh Balai Pustaka, Jakarta, dengan nomor kode BP 1198 dan tebal 170 halaman. Pada cetakan tersebut tertera nama pengarang I Goesti Njoman P. Tisna. Cetakan kedua diterbitkan tahun 1975 oleh Lembaga Seniman Indonesia-Bali, Denpasar, dengan tebal 186 halaman dan di dalamnya tercantum nama pengarang Anak Agung Pandji Tisna (Proyek Dokumentasi Ilmu dan Seni; No. 28). Cetakan ketiga diterbitkan tahun 1978 oleh Pustaka Jaya, Jakarta, dan tebal 211 halaman.
Ni Rawit Tjeti Penjual Orang mengandung latar belakang sejarah yang berkaitan dengan penjajahan Belanda. Tema Ni Rawit Tjeti Penjual Orang bertalian dengan hukum karma (karmapala), kepercayaan yang dianut oleh umat Hindu, dan dengan kekacauan politik di Bali pada abad 17—19 ketika orang-orang Bali dijual kepada Belanda sebagai budak. Yon Ks (1992) mengatakan bahwa novel itu ditulis ketika Pandji Tisna dalam keadaan sedih, sakit hati dan bingung karena waktu itu ia difitnah oleh Belanda. Ia dituduh mau meracun ayahnya sendiri. Perasaan sakit hati karena fitnah dan tuduhan itu dituangkannya melalui Ni Rawit Tjeti Penjual Orang. Namun, justru bagian yang menceritakan rasa sakit hatinya kepada Belanda itu terkena sensor Balai Pustaka. Sesudah terbit, novel itu tersisih. Tahun 1975, novel tersebut terbit kembali. Pandji Tisna merasa sangat berbahagia karena novelnya terbit kembali di tanah kelahirannya dan diterbitkan oleh Yayasan Ilmu dan Seni, Lembaga Seniman Indonesia-Bali, Denpasar. Sesaat menjelang novel itu selesai dicetak, Ajip Rosidi menawarkan agar cetak ulang berikutnya diserahkan kepada Pustaka Jaya. Tiga tahun kemudian novel itu diterbitkan oleh Pustaka Jaya, Jakarta.
M. Yus (1975) berpendapat bahwa dalam Ni Rawit Tjeti Penjual Orang Pandji Tisna menjalin cerita dengan teliti. Hubungan sebab-akibat dari peristiwa-peristiwa dalam cerita terjalin dengan logis sehingga membentuk alur yang indah. Penokohan yang sederhana digambarkan secara sempurna sehingga mampu menumbuhkan rasa muak terhadap tokoh-tokoh yang bersifat jelek, diwakili Ida Wayan Ompog, Ni Rawit, dan I Lempod, dan simpati jatuh pada tokoh-tokoh yang bersifat baik, diwakili Ida Bagus Ngurah, Ida Ayu Kenderan, Ida Nyoman Rai, Ni Anis, I Kerta, dan beberapa tokoh bawahan lainnya yang memihak pada tokoh-tokoh baik.
Cerita Ni Rawit Tjeti Penjual Orang dibagi menjadi dua bagian. Bagian kesatu menceritakan tokoh Ni Rawit dalam gerak-geriknya untuk mendapatkan seorang gadis bagi induk semangnya dan bagian kedua menceritakan keadaan Ni Rawit setelah menjadi pemburu budak (cerita itu terjadi di abad yang lalu) yang memburu seseorang yang disebut dalam bagian kesatu hingga menemui ajalnya. Tahun 1936 novel tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dengan judul Ida Bagus—Ida Wayan oleh S. Sastrasoewignja. Tahun 1940 novel itu diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda menjadi Panglayar Jadi Culik oleh Soerjana dan tahun 1982 novel itu diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Prof. Toshiki Kasuya.
| |
PENCARIAN TERKAIT
A. Bastari AsninA. Bastari Asnin, sastrawan dengan nama lengkap Ahmad Bastari Asnin, lahir di Blambangan, Muaradua, Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan, 29 Agustus 1939 dan meninggal dunia di Jakarta, 21 November ... Dewan Kesenian LampungDewan Kesenian Lampung merupakan lembaga yang menjadi penghubung antara Pemerintah Daerah Lampung dengan seniman Lampung. Pembentukan lembaga ini merupakan tindak lanjut instruksi Menteri Dalam ... Gedung Kesenian JakartaGedung Kesenian Jakarta berlokasi di Jalan Segara, kawasan Pasar Baru (Passer Baroe), Jakarta Pusat. Gedung tersebut diresmikan pada tanggal 7 Desember 1821 dengan nama Schouwburg Weltevreden ... Abu HanifahAbu Hanifah adalah seorang sastrawan (khususnya penulis naskah lakon) dan novelis. Ia juga cendekiawan, budayawan, dan politikus Indonesia yang mendapat gelar Datuk Maharaja Emas. Abu Hanifah yang ... Ani SekarningsihAni Sekarningsih, penulis sastra, semasa gadis sering menggunakan nama alias, yakni Puthu Swasti. Setelah menikah ada kalanya ia menggunakan nama Ani Bakri Arbie. Ani Sekarningsih lahir di ... A. Bastari AsninA. Bastari Asnin, sastrawan dengan nama lengkap Ahmad Bastari Asnin, lahir di Blambangan, Muaradua, Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan, 29 Agustus 1939 dan meninggal dunia di Jakarta, 21 November ... Dewan Kesenian LampungDewan Kesenian Lampung merupakan lembaga yang menjadi penghubung antara Pemerintah Daerah Lampung dengan seniman Lampung. Pembentukan lembaga ini merupakan tindak lanjut instruksi Menteri Dalam ... Gedung Kesenian JakartaGedung Kesenian Jakarta berlokasi di Jalan Segara, kawasan Pasar Baru (Passer Baroe), Jakarta Pusat. Gedung tersebut diresmikan pada tanggal 7 Desember 1821 dengan nama Schouwburg Weltevreden ... Abu HanifahAbu Hanifah adalah seorang sastrawan (khususnya penulis naskah lakon) dan novelis. Ia juga cendekiawan, budayawan, dan politikus Indonesia yang mendapat gelar Datuk Maharaja Emas. Abu Hanifah yang ... Ani SekarningsihAni Sekarningsih, penulis sastra, semasa gadis sering menggunakan nama alias, yakni Puthu Swasti. Setelah menikah ada kalanya ia menggunakan nama Ani Bakri Arbie. Ani Sekarningsih lahir di ... |
|