Pergolakan merupakan novel karya Wildan Yatim yang diterbitkan pertama kali oleh Pustaka Jaya, Jakarta, pada tahun 1974, dengan ketebalan 151 halaman. Pada tahun 1977 Pustaka Jaya kembali menerbitkan cetakan kedua novel ini setebal 185 halaman. Namun, sejak tahun 1992 Pergolakan diterbitkan oleh PT Gramedia. Novel ini merupakan pemenang ketiga Sayembara Mengarang Roman Panitia Buku Internasional DKI 1972, dan juga merupakan pemenang Hadiah Sastra Yayasan Buku Utama 1975.
Pergolakan menceritakan pengalaman Abdul Salam berdakwah di desa Gunung Baringin. Sebagai seorang yang memiliki pengetahun agama yang cukup luas, Abdul Salam terkejut ketika melihat cara penduduk mengucapkan tahlil dan zikir dengan keras dan penuh dengan hentak-hentakan keras. Ia tergerak untuk meluruskan semua itu. Perlahan-lahan sambil mengajar di sekolah dan mengisi khotbah Jumat, Abdul Salam mulai mengajarkan cara mengucapkan tahlil dan zikir yang benar kepada penduduk desa.
Semakin lama semakin banyak pengikut Abdul Salam. Perlawanan datang dari Haji Saleh yang tidak senang karena ajaran tentang berzikir dan bertahlil dengan keras adalah ajarannya. Pihak penguasa desa juga tidak senang karena Abdul Salam dianggap telah mengganggu ketenteraman penduduk desa. Abdul Salam dan pengikutnya mulai diteror. Akibatnya, Abdul Salam dan pengikutnya keluar dari desa itu. Mereka membangun sebuah kampung baru sebagai tempat menjalankan ibadah.
Ketika ketenangan hidup sedang mereka nikmati, tiba-tiba desa mereka kedatangan gerombolan PRRI yang melakukan teror. Abdul Salam beserta para pengikutnya mengadakan perlawanan. Setelah PRRI dilarang oleh Pemerintah Indonesia, desa mereka aman kembali. Namun, gangguan belum selesai. Mereka didatangi rombongan komunis. Gerombolan ini menghasut penduduk agar tidak menjalankan perintah agama. Mereka meneror rakyat agar bersedia menjadi anggota mereka. Mereka akan membunuh siapa pun yang tidak sepihak dengan mereka. Pada saat itu, penduduk benar-benar merasa ketakutan. Abdul Salam tetap melakukan perlawanan. Dalam setiap kesempatan, ia mengritik PKI. Bahkan, ia berani mengritik kepala desa yang sepaham dengan PKI. Teror berakhir ketika pemberontakan PKI di pusat mengalami kegagalan. ABRI dan rakyat di pusat menggagalkan usaha makar PKI. Kampung lama dan kampung baru kembali hidup damai. Abdul Salam merasa gembira karena usahanya tidak sia-sia.
Jakob Sumardjo dalam bukunya Pengantar Novel Indonesia (1983) menguraikan bahwa Pergolakan kurang memberikan kesan kepada pembaca karena keutuhan cerita kurang tercapai. Adegan-adegan bagus dan mencekam dalam cerita seakan terjadi hanya secara kronologis sebagai bagian dari sejarah dan tidak lebih dari itu. Semua peristiwa tidak dirangkai dalam alur yang mengarah ke sebuah tema tertentu.