Pergaulan Orang Buangan di Boven Digul ditulis oleh Mas Marco Kartodikromo dan disunting oleh Koesalah Soebagyo Toer. Buku ini diterbitkan pertama kali pada bulan November 2002 oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) setebal 178. Kumpulan cerita itu dimuat secara bersambung dalam 51 angsuran di surat kabar Pewarta Deli dari 10 Oktober sampai 9 Desember 1931. Kumpulan itu berisi catatan kejadian sehari-hari di Boven Digul dari sudut teknis, politik, ekonomi, ideologi, bahkan psikologi.
Pergaulan Orang Buangan di Boven Digul ditulis berdasarkan kisah nyata pengalaman Mas Marco Kartodikromo ketika dibuang ke Boven Digul oleh Pemerintah Hinia Belandaberkaitan dengan pemberontakan PKI tanggal 12 November 1926. Boven Digul adalah sebuah daerah di Merauke, Papua, yang kondisinya sangat berbeda dengan Pulau Jawa. Dalam buku ini, Mas Marco mengungkapkan bahwa sejak dibuka tahun 1927 sampai tahun 1945 tercatat 165 orang meninggal di tanah pembuangan ini. Penyebab kematian utama adalah terserang penyakit, dibunuh atau disiksa petugas, dibunuh suku-suku liar, diterkam binatang liar, kecelakaan, dan menderita kelaparan sewaktu melarikan diri. Tiga penyakit utama perenggut nyawa di Digul adalah malaria hitam, TBC, dan sakit jiwa. Ketiga penyakit ini sulit diobati saat itu. Buku ini juga mengungkap praktik perselingkuhan di Digul. Mas Marco menulis 75 persen kaum istri ketika dulu di Pulau Jawa bersikap baik, setelah tiba di Digul batinnya menjadi rusak.
Mas Marco Kartodikromo meninggal karena TBC pada tahun 1932 didampingi istrinya, Roesminah. Ia tewas setelah lima tahun meringkuk di Boven Digul. Dalam berdikari online pada artikel yang berjudul "Mas Marco Kartodikromo dan Cerita Kaum Komunis di Boven Digoel" disampaikan bahwa Mas Marco dalam bukunya ini bercerita banyak soal kehidupan orang PKI di Digoel. Dengan gaya berceritanya yang sederhana. Ia seolah mengantar kita seperti hidup di tengah-tengah orang PKI di Digoel jaman itu.