Perdjalanan ke Achirat merupakan novel karya Djamil Suherman yang mula-mula terbit sebagai cerita bersambung dalam majalah Sastra No. 3—7 Tahun II, 1962. Karya tersebut meraih Hadiah Kedua majalah Sastra tahun 1962. Cerita bersambung itu kemudian diterbitkan pertama kali sebagai novel tahun 1963 oleh Penerbit NV Nusantara, Bukittinggi. Cetakan kedua novel itu diterbitkan oleh Pustaka Salman, Bandung tahun 1985. Novel tersebut diterbitkan juga dalam edisi bahasa Malaysia tahun 1981 oleh Penerbit Pustaka Melayu Baru, Malaysia.
Perdjalanan ke Achirat berkisah tentang perjalanan roh manusia, Salim, ke alam akhirat. Salim yang meninggal karena tertabrak mobil sepulang dari kantor melihat kesedihan ibu dan istrinya saat telah menjadi roh. Ketika jasadnya telah dikubur, roh Salim meluncur menembus cakrawala hingga sampai di pintu langit pertama. Salim bertemu malaikat Munkar dan Nakir serta Nabi Adam yang sedang tafakur. Salim terpana dan berseru mengagungkan kebesaran Allah. Sementara itu, dari kejauhan Salim mendengar jerit tangis perempuan yang ternyata suara istrinya, Salamah. Salamah telah berbuat dosa besar, bunuh diri. Salim ingin menolongnya, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Perdjalanan ke Achirat juga menceritakan keadaan setelah kiamat. Amal perbuatan manusia di dunia akan dihitung. Mereka berjalan menuju Padang Mahsyar dengan tingkah laku yang ganjil. Banyak pula manusia berkepala binatang. Semuanya menyuarakan kecemasan. Di antara lautan manusia, Salamah, ibu Salamah, dan Salim, berjalan terseok-seok. Dari pertemuan itu, Salim mengetahui mengapa istrinya bunuh diri. Ternyata penyebabnya adalah Kasim, seniman murtad, yang berusaha menggoda Salamah hingga janda itu mata gelap dan terpaksa memilih perbuatan bunuh diri.
Mereka semua mendapatkan giliran dihitung amal perbuatan mereka. Kasim sebagai seniman yang menginginkan kebebasan mutlak tanpa mempertimbangkan norma ketuhanan berdosa besar. Kasim divonis 50 tahun digodok dalam api neraka. Salamah didakwa melakukan dosa besar karena bunuh diri yang berarti mendahului takdir Allah. Salim berusaha membela, tetapi pembelaan Salim tidak mempengaruhi putusan. Salamah berhasil ditolong oleh ibunya karena cinta kasih seorang ibu yang begitu tulus dan ikhlas. Salim, Salamah, dan ibu Salamah diperbolehkan melanjutkan perjalanan. Mereka dinyatakan bebas atas hukuman neraka.
Ajip Rosidi dalam IkhtisarSedjarah Sastra Indonesia (1969) menyatakan Djamil Suhermanmelalui novel Perdjalanan ke Achirat telah mengangkat masalah agama sebagai masalah sastra. Sementara itu, Maman S. Mahayana etal. (1992) menyatakan novel ini sarat dengan mistis kehidupan di akhirat. Novel ini merupakan novel religius yang penuh dengan dakwah, tetapi menarik karena latar suasananya sangat mendukung keseluruhan cerita. Dalam beberapa bagian, dialog antara Birman (pelukis) dan jaksa penuntut umum mengenai pemikiran filsafat—walaupun hanya sepintas—terkesan adanya pengaruh karya Mohammad Iqbal, Javid Namah, yang juga mempertentangkan filsafat Barat dengan filsafat Islam.
Goenawan Mohammad dalam Antologi Esei tentang Persoalan Sastra (1969) menyatakan Perdjalanan ke Achirat mulai menempatkan kehidupan beragama sebagai pemecahan persoalan. Dengan kata lain, novel Perdjalanan ke Achirat merupakan contoh genre sastra keagamaan.