Priangan Si Jelita merupakan kumpulan sajak karya Ramadhan K.H. yang tebalnya 42 halaman. Sajak-sajak yang dimuat ditulis oleh Ramadhan K.H. pada tahun 1956, kemudian dicetak dan diterbitkan sebagai sebuah buku kumpulan sajak pada tahun 1958. Cetakan kedua dilakukan pada tahun 1965 dan cetakan ketiga diterbitkan ulang oleh Penerbit Pustaka Jaya, Jakarta. Kumpulan sajak Priangan Si Jelita sudah diterbitkan dalam bahasa Prancis. Priangan Si Jelita memperoleh hadiah Sastra Nasional Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) sebagai kumpulan sajak terbaik periode 1957—1958.
Jumlah sajak yang dimuat di dalam Priangan Si Jelita berjumlah 21 buah. Buku itu terdiri atas tiga bagian yang setiap bagiannya terdiri atas tujuh buah sajak. Bagian pertama berjudul "Tanah Kelahiran", bagian kedua berjudul "Dendang Sayang", dan bagian ketiga berjudul "Pembakaran".Sajak-sajak yang dimuat di dalam Priangan Si Jelita sebagian besar merupakan ungkapan rasa kagum penulis terhadap alam Priangan (Sunda, Jawa Barat) yang indah dengan gunungnya dan pucuk-pucuk daun yang hijau.
Dalam kata pengantar Priangan Si Jelita, Ajip Rosidi mengatakan bahwa selama Ramadhan K.H. berada di Eropa, yang dilihatnya hanyalah padang es yang putih dengan udaranya yang dingin. Setelah kembali ke Indonesia, Ramadhan terpesona ketika melihat keindahan alam Indonesia,khususnya alam Priangan. Ramadhan mengontraskan keindahan tanah Priangan dengan nasib buruk rakyat jelata yang menjadi korban pemberontak pada dasawarsa 1960-an. Hal ini terungkapdalam bagian sajak yang berjudul "Pembakaran". Pada dasawarsa itu keamanan di tanah Priangan sering terganggu oleh gerombolan yang tidak segan-segan membakar rumah dan merampok kekayaan rakyat di desa-desa. Kontras antara keindahan dan nasib rakyat yang ditemukan Ramadhan di tanah kelahirannya memperlihatkan ironi yang terjadi di tanah Priangan. Melalui beberapa sajak, terlihatjuga upaya Ramadhan untuk menciptakan sajak dengan pola rima tembang Sunda.
Dalam bukunya yang berjudul Sastra Indonesia Modern II, 1989, A. Teeuw mengomentari bahwa kehadiran buku Priangan Si Jelita itu disambut bergairah oleh rekan-rekan Ramadhan K.H. dari daerah Sunda.Dick Hartoko, dalam artikelnya yang berjudul "Berbagai Pencerapan terhadap Keindahan Alam" dalam H.B. Jassin 70 Tahun (1987), mengatakan Priangan Si Jelita adalah sebuah kumpulan sajak yang memperlihatkan keindahan alam. Akan tetapi, setelah itu, keindahan alam kita rupanya menjadi kabur karena tidak dianggap pantas untuk diekspresikan.