Si Doel Anak Djakarta merupakan novel itu ditulis oleh Aman Datuk Madjoindo dan diterbitkan pertama kali tahun 1932 oleh Balai Pustaka. Sampai dengan cetakan ke-23 (2006) novel ini masih diterbitkan oleh Balai Pustaka. Pada cetakan pertama novel itu diberi judul Si Doel Anak Betawi. Mulai terbitan kedua judul itu diubah menjadi Si Doel Anak Djakarta.
Novel itu terdiri atas satu bagian pendahuluan, dan sembilan bab, yakni "Di Bawah Pohon Sauh"; "Si Dul Mengadu Semut"; "Si Dul Jadi Haji"; "Gembala Kambing"; "Mencari Umpan Kambing"; "Berjualan Nasi Ulam"; "Bang Amat yang Baik Hati"; "Si Dul Kecewa"; dan "Maksud Si Dul Kesampaian". Sejak awal tahun 1980-an, novel itu menjadi bacaan populer bagi siswa, sebagaimana yang dikehendaki pengarangnya yang menginginkan novel itu diperuntukkan bagi pembaca remaja.
Novel Si Doel Anak Djakarta ini menceritakan Abdul Hamid atau si Dul dengan kenakalan-kenakalan sebagai seorang anak dengan latar belakang budaya Betawi sebelum perang. Ia anak tunggal. Ibunya bernama Amne. Ayahnya bekerja sebagai sopir kendaraan umum jurusan Bogor-Jakarta.
Setiap siang dan sore si Dul belajar mengaji bersama teman-temannya di rumah kakeknya, Engkong Salim, orang yang terkenal keras terhadap anak didiknya. Kedua orang tua si Dul termasuk orang yang taat beribadah dan suka berbuat baik kepada orang lain. Kehidupan keluarga orang tua si Dul sangat harmonis, walaupun mereka miskin.
Ayah si Dul meninggal dunia karena mobil yang sedang dikendarainya menabrak pohon asam. Karena itu, cita-cita si Dul yang ingin bersekolah tidak tercapai. Ibu si Dul ingin bekerja di toko obat, tetapi kakek si Dul tidak mengizinkannya. Lebih baik putrinya bekerja menjadi tukang cuci pakaian daripada bekerja di toko obat.
Ibu si Dul kemudian menikah dengan Baduali seorang duda beranak satu, yang bekerja di sebuah bengkel mobil. Ia seorang pendatang, bukan orang Jakarta asli. Atas jasa ayah tirinya itu, si Dul masuk sekolah. Namun, kakek (Uak Salim) si Dul tidak setuju jika ia masuk ke sekolah umum karena sekolah umum hanya akan memikirkan masalah dunia, tidak akan memikirkan nasib akhiratnya. Namun, si Dul tetap melanjutkan sekolah walaupun kakeknya tidak menyetujuinya.
Pada awal tahun 1970-an novel itu difilmkan melalui layar lebar dengan judul "Si Dul Anak Betawi". Film ini diproduksi oleh Matari Film dengan skenario oleh Sjuman Djaja (sekaligus merangkap sebagai sutradara dan produser), dan dibintangi oleh Rano Karno (putra aktor Soekarno M. Noor). Novel Si Doel Anak Djakarta mengilhami Rano Karno membuat sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang ditayangkan melalui televisi swasta RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) pada tahun 1980-an.