Gerson Poyk mempunyai nama lengkap Herson Gubertus Gerson Poyk dan nama panggilan Be'a. Ia adalah seorang pengarang yang dilahirkan di Namodale Baa, Pulau Rote, Timor, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 16 Juni 1931. Gerson Poyk adalah seorang pemeluk agama Kristen Protestan yang taat. Sejak masa kecil yang dilaluinya di Flores, Gerson bercita-cita menjadi seorang pendeta atau pastor.
Gerson adalah anak seorang pegawai negeri. Sebagai putra seorang pegawai negeri, ia selalu mengikuti orang tuanya yang berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain. Oleh karena itu, pendidikannya terputus-putus. Di kota Bejawe, Rote, Gerson pertama kali mengenal bangku sekolah. Di tempat itu ia hanya sekolah sampai kelas satu sekolah rakyat. Sewaktu orang tuanya ditugaskan ke Manggarai, Flores Barat, ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah Belanda. Setelah itu, ia melanjutkan ke Standard School. Sewaktu ayahnya pindah ke Alor, Gerson melanjutkan ke OVO (Opleiding voor Volksonderwijzer). Setelah selesai dari OVO, ia melanjutkan ke Sekolah Guru Bawah (SGB). Ia seorang murid yang cerdas dan selalu mendapat peringkat pertama. Oleh karena itu, ia mendapat beasiswa dari pemerintah. Gerson melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Guru Atas (SGA).
Setelah tamat dari SGA tahun 1956, Gerson mulai mengajar di SMP negeri di daerah Ternate, Maluku. Hanya tiga tahun Gerson mengajar di Ternate. Ia pindah ke Nusa Tenggara Barat dan mengajar di SMPN dan SGA. Di tempat ini Gerson bertemu dengan seorang gadis yang berasal dari Rote yang bernama Agustine Antoineta Saba. Gadis itu kemudian dinikahinya pada tahun 1960. Dari perkawinan itu, Gerson dikaruniai lima orang anak.
Kariernya sebagai guru ternyata tidak dilanjutkan dan pada tahun 1962—1970 ia beralih profesi sebagai wartawan pada harian Sinar Harapan. Sepulang dari IOWA, Amerika Serikat, Gerson memilih menjadi wartawan free lance. Ia menyebarkan tulisannya ke berbagai media. Di bidang jurnalistik ini Gerson mencatat prestasi yang sangat baik. Ia berhasil mendapat penghargaan jurnalistik Adinegoro selama dua tahun berturut-turut, yaitu tahun 1985 dan 1986. Setelah berkiprah di bidang jurnalistik, Gerson menekuni profesinya sebagai pengarang.
Sebagai seorang pengarang, Gerson telah banyak berperan dalam memperkaya khazanah kesusastraan Indonesia. Hasil karyanya cukup banyak dan beragam, yaitu puisi, cerpen, novel, dan kritik esai. Tahun 1960-an dan 1970-an, ia dikenal sebagai figur pengarang yang penting. Hal itu disebabkan oleh munculnya karya-karya Gerson yang memiliki ciri khas pada dekade ini, yaitu berisi petualangan yang berdasarkan pengamatannya ketika mengembara. Cerpen-cerpennya banyak diikutsertakan dalam antologi, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Cerpennya yang berjudul "Mutiara di Tengah Sawah" yang semula dimuat dalam majalah Sastra kemudian dimasukkan ke dalam antologi sastra Indonesia yang diterbitkan di Jerman. Cerpen ini juga dimasukkan oleh H.B. Jassin dalam bunga rampai Angkatan 66 yang diterbitkan oleh Gunung Agung.
Menurut Gerson, ia mengarang cerita selalu berdasarkan dari apa yang pernah dialaminya. Pengalaman-pengalamannya itu kemudian dipadukannya dengan sesuatu yang terjadi atau diperolehnya dari lingkungan.
Tahun 1970 Gerson mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat. Setibanya di tanah air, Gerson semakin produktif dalam menulis. Jerih payahnya dalam menulis ternyata membuahkan hasil. Ia berhasil mendapat penghargaan sastra ASEAN dari Ratu Sirikit, Thailand tahun 1989.
Karyanya yang pertama adalah sebuah sajak yang berjudul "Anak Karang". Sajak itu dikirimkannya ke Mimbar Indonesia dan dimuat oleh H.B. Jassin kemudian disusul dengan roman pendek yang berjudul Hari-Hari Pertama (1964). Romannya ini melukiskan tentang perjuangan orang-orang dan gereja Kristen dalam usaha meningkatkan taraf hidup rakyat di daerah terpencil. Cerpennya "Oleng-Kemoleng" (Horison, Juli 1968) mendapat pujian dari redaksi Horison untuk cerpen-cerpen yang dimuat di majalah itu tahun 1968). Cerpennya itu bersama dengan cerpen-cerpennya yang lain kemudian dikumpulkannya menjadi sebuah kumpulan cerpen yang berjudul Oleng-Kemoleng dan Surat-Surat Cinta Aleksander Rajaguguk diterbitkan oleh Nusa Indah, Ende-Flores tahun 1974.
Novel Gerson yang berjudul Sang Guru yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, tahun 1973 paling tepat digolongkan ke dalam kelompok novel-novel daerah (Teeuw, 1989:185). Novel ini berlatar di daerah Ternate dan berkisah tentang kehidupan—terutama para guru—di pulau itu.
Karya-karya Gerson yang lain adalah Tiga Resital Kecil, Mutiara, Hari-Hari Pertama (novel, 1968), Matias Akankari (kumpulan cerpen, 1971), Nostalgia Nusatenggara (kumpulan cerpen, 1976), Jerat (kumpulan cerpen, 1978), Cumbuan Sabana (novel, 1979), Seutas Benang Cinta (novel, 1982), Giring-Giring (novel, 1982), Di Bawah Matahari Bali (kumpulan cerpen, 1982), Requiem untuk Seorang Perempuan (novel, 1983), Anak Karang (kumpulan cerpen, 1985), Doa Perkabungan (novel, 1987), Impian Nyoman Sulastri dan Hanibal (novel, 1988), dan Poti Wolo (novel, 1988).