Lukman Ali dilahirkan di negeri Mungka, Payakumbuh, pada Sumatra Barat, tanggal 25 Desember 1931 dan meninggal di Jakarta, 19 Desember 2000. Dia putra seorang kepala sekolah dasar (SD). Kakeknya adalah seorang demang pada zaman penjajahan Belanda. Dia menikah dengan Nurmi dan dikaruniai enam orang anak. Setelah tamat dari sekolah menengah atas di Sumatra Barat, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, tamat tahun 1963, dan pernah studi pustaka di Universitas Leiden, Belanda, 1977—1978.
Lukman Ali pernah menjadi guru SD, SMP, SMA, SGA, dan menjadi dosen di Fakultas Sastra Universitas Indonesia; Dia mulai bekerja pada Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan sejak tahun 1959, menjadi Kepala Bidang Sastra, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa 1964—1980, menjadi Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kualalumpur, Malaysia 1980—1984, Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatra Barat 1985—1987, Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1987—1989, Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1989—1992, dan dosen Fakultas Sastra, Universitas Indonesia 1987—1992.
Sejak remaja, Lukman Ali gemar menulis cerita pendek, antara lain dimuat dalam Kisah, Mimbar Indonesia, Horison, Forum, Tempo, dan koran Republika. Dengan rendah hati, ia mengatakan bahwa cerpen-cerpennya itu kurang bernilai dan kurang memuaskan bagi pembacanya. Namun, ia sadar bahwa karya-karyanya itu merupakan barang berharga dan bernilai (Ali, 1998). Oleh karena itu, karya-karyanya yang berupa cerita pendek itu dihimpun kemudian dibukukan menjadi sebuah antologi dengan judul Pekan Selasa, diterbitkan oleh Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, tahun 1998. Antologi itu diberi kata pengantar oleh Sapardi Djoko Damono, memuat 12 cerita pendek, yang ditulis Lukman Ali antara tahun 1955 dan tahun 1998.
Selain menulis karya kreatif berupa cerita pendek, Lukman Ali juga menulis artikel bahasa dan sastra, yang dimuat di berbagai koran dan majalah, seperti koran Republika, Suara Karya, Kompas, dan Sinar Harapan, majalah Tempo, Gatra, Budaya Jaya, dan Horison. Selain itu, ia juga pernah menjadi pengasuh kolom bahasa di koran Republika. Beberapa artikelnya yang pernah dimuat dalam media massa itu dikumpulkan, kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul Lurah Taker yang diterbitkan oleh Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1996.
Selain menulis artikel, Lukman Ali juga menulis buku mengenai bahasa dan sastra, Bahasa dan Kesusatraan Indonesia sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru sebagai editor, CV Gunung Agung, Jakarta, 1967, Seminar Pengembangan Sastra Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa sebagai editor, Jakarta, 1975, Berbahasa Baik dan Berbahasa dengan Baik, Angkasa, Bandung, 1989, Dari Ikhtisar Masalah Angkatan Sampai Catatan Kaki, Angkasa, Bandung, 1989, Hikayat Panji Kuda Sumirang (Suntingan Teks), Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1996; Kritik Sastra sebagai editor dan penulis, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978; dan Adat Minangkabau dalam Sastra Indonesia Modern, Balai Pustaka, 1996.
Sapardi Djoko Damono dalam buku Lurah Taker (1996) menyatakan bahwa Lukman Ali sejak masuk Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan tahun 1959 terlibat dan sekaligus mengamati berbagai usaha pembinaan bahasa dan sastra. Selain itu, ia dikenal sebagai penulis kolom di beberapa majalah dan koran, terutama yang berkaitan dengan bahasa dan sastra.