Mahatmanto dikenal sebagai penulis cerpen dan puisi. Nama sebenarnya adalah R. Suradal Abdul Manan. Nama samaran lainnya adalah Abu Chalis, Murbaningsih, Murbaningrt, Murbaningrad, SA Murbaningrad, Moerbaningsih, Sang Agung, Suradal, dan Sri Armajati Murbaningsih. Dia lahir di Kulur, Adikarta, Yogyakarta, 13 Agustus 1924.
Pendidikannya diselesaikan di Madrasah Muhammadiyah Darul'Ulum, Sewugalur, Yogyakarta. Ia gemar mengembara ke berbagai kota dan berbagai pondok, serta gemar melukis ini mulai tertarik pada dunia politik . tahun 1938.
Karya-karya Mahatmanto dimuat di berbagai media massa, antara lain cerita pendeknya di Madjalah Nasional dengan menggunakan nama Abu Chalis, cerpennya "Album" (1950), "Cinta Pelangi dan Iblis" (1950), "Ibu dan Dokter" (1950), "Datang, Dengar, Menang" (1950), "Bahaya" (1951), "Berapa Tahun Lagi, Yogyakarta?" (1951), "Buku" (1951), "Kasih Bertiada Nyawa" (1951), "Kuliah" (1951), "Masih Seorang Perempuan" (1951), "Mereka yang tidak Ditinggalkan" (1951), "Bangun dan Luka" (1952), "Pendahuluan" (1952), "Tamparan Kasih yang Bisu" (1952), "Gulungan Surat buat Kelima Gadisku. Terutama Laila" (1953); menggunakan nama Murbaningsih, cerpennya yang berjudul "Langit Baru dan Bumi Baru" (1953), menggunakan nama Murbaningrat, cerpennya yang berjudul "Malam Larut" (1953), "Selamat Tinggal Jakarta" (1953), menggunakan nama Murbaningrad, cerpennya yang berjudul "Mata" (1953), "Trem" (1953), dalam majalah Spektra Mahatmanto menggunakan nama Abu Chalis; cerpennya berjudul "Penerbit" (1950), dalam majalah Mimbar Indonesia menggunakan nama SA Murbaningrad; cerpennya yang berjudul "Almarhum Guruku" (1952), dan "Lukisan Kabur di Ujung Kelas" (1952), menggunakan nama Sang Agung Murbaningrad; cerpennya yang berjudul "Hikayat si Bungsu" (1952) menggunakan nama Murbaningrad; cerpen yang berjudul "Sembahyang" (1952), menggunakan nama Abu Chalis; cerpen yang berjudul "Ya...Ibu..." (1952), dalam majalah Siasat menggunakan nama Murbaningrad; cerpennya yang berjudul "Cerita Pendek!" (1952) dan "Musi Ilir" (1952), menggunakan nama Murbaningsih; cerpennya yang berjudul "13 Agustus" (1952) dalam majalah Duta Suasana menggunakan nama Murbaningrad juga cerpennya yang berjudul "Cerita Pendek" (1953).
Puisi yang menggunakan identitas Mahatmanto yang berjudul "Satellit" (1940) dimuat dalam majalah Indonesia. Dalam majalah Pandji Poestaka puisinya berjudul "Arwah" (1944), dalam majalah Pantja Raja puisinya berjudul "Biarkan Lepas!" (1947), "Bulan Bebas" (1947), "Bumi Langit" (1947), "Dari Kota"(1947), "Di sana" (1947), "Kelopak Terserak" (1947), "Kepada Pujangga Baru" (1947), "Langgar Kulur" (1947, "Putaran Bumi" (1947). Dalam majalah Mimbar Indonesia puisinya berjudul "Cakar atau Ekor" (1947), "Dogma" (1947), "Ahli!" (1948), "Aneh!" (1948), "Ganti Baharu" (1948), "Goda" (1948), "Individu" (1948), "Kandang Binatang" (1948), "Kepada Pengemis" (1948), "Madrasah Muhammadiyah" (1948), "Mayat" (1948), "Pekuburan" (1948), "Perempuan dan Lelaki" (1948), "Rizki" (1948), "Jiwa" (1948), "Sepatah Saja" (1948), "Sriwedari" (1948), "Tanda Tanya" (1948), "Tepian Sunyi" (1948), "Tuhan" (1948), "Ananda Atomanta" (1949), "Darul-Islam" (1949), "Dongeng Perlambang" (1949), "Jenis Kelamin Lain" (1949), "Percobaan" (1949), "Poli dan Monogami" (1949), "Anjing Belang" (1950), "Kepada Herakleitos Abad XX" (1950), "Maha Finis" (1950). Dalam majalah Arena, puisinya berjudul "Herakleitos Abad XX" (1948), "Oposisi" (1948), dalam majalah Hikmah puisinya yang berjudul "Riwayat Hidup" (1950).
Dengan menggunakan nama Suradal berjudul "Dari yang Baru" (1958), dengan menggunakan nama Abu Chalis, puisinya yang berjudul "Angkatan Lama" (1950), "Berhala dan Cinta" (1950), "Panorama Ilahi" (1950), "Aku Jadi Besar" (1951), "Buta dan Kesangsian" (1951), "Cinta dan Para" (1951), "Gambar Diri" (1951), "Di Pinggir Musi" (1952), "Ke Seberang Musi" (1952), "Kekasih" (1952), "Melati, Metari, Wayang dan Kumbang" (1952), "Persetujuan" (1952), "Hanum!" (1953), dengan menggunakan nama Abu Chalis dalam majalah Zenith puisinya yang berjudul "Aku Tuhan Sendiriku" (1951), "Kepada Tuhanku! Yang Mengabdikan Pengabianku Aku Tuhan Sendiriku" (1951), "Melati" (1953), dengan menggunakan nama Sri Armajati Murbaningsih, puisinya berjudul "Aku" (1953), "Kasih Tumbuh" (1953), "Tari" (1953), dan menggunakan nama Sang Agung Murbaningrad berjudul "Hampa" (1953), "Katak" (1953).