Mustofa W. Hasyim yang dikenal sebagai penyair, cerpenis, novelis, esais dan editor ini lahir di Yogyakarta pada 17 Nopember 1954. Dia mengalami masa kanak-kanak dan remaja di Kotagede, Yogyakarta.
Pendidikan yang ditempuhnya adalah TK ABA Bodon Kotagede, SD Muhammadiyah Bodon Kotagede, PGA VI TH Ma'had Islamy Kotagede, dan Fakultas Ilmu Agama jurusan Dakwah UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Selain itu, ia juga mengikuti pendidikan nonformal, antara lain di Balai Pendidikan Wartawan Jakarta dan belajar menulis pada komunitas sastra dan teater PSK (Persada Studi Klub), Kelompok Insani Harian Masa Kini Yogyakarta, Kelompok Poci Bulungan Jakarta, Sanggar Enam Dua Jakarta, Kelompok Sembilan Jakarta, dan Teater Melati Kotagede. Mustofa kemudian mengembangkan diri di berbagai komunitas dan lembaga lain di Yogyakarta, seperti di Sanggar Sastra dan Teater (SST) Sila, di Yayasan Budaya Masyarakat Indonesia (Yabumi), Yayasan Pondok Rakyat (YPR), Panitia Festival Kesenian Yogyakarta (FKY), dan Dewan Kebudayaan Kota (DKK) Yogyakarta.
Tahun 1978 Mustofa mulai bekerja dan tahun 1981—1983 Mustofa menjadi staf Lembaga Penelitian dan Penerbitan Yogya. Berikutnya tahun 1982—1985 ia menjadi redaksi majalah Kuntum, kemudian menjadi redaksi Shalahuddin Press dari 1983—1986. Dia juga bekerja di harian Masa Kini 1979—1989 dan harian Yogya Post 1989—1992. Setelah itu, ia menjadi salah seorang redaktur majalah Suara Muhammadiyah.
Karya Mustofa berupa puisi, cerpen, novel, esai, dan cerita anak-anak yang dimuat di berbagai media Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, Semarang, Solo, dan Lampung. Naskah sandiwara radionya pernah disiarkan di Radio PTDI Kota Perak.
Selain sebagai penulis karya sastra sastra, ia juga menjadi editor buku di berbagai penerbit sejak tahun 1982, yakni Shalahudin Press, LP3Y, Sipress, Bentang Budaya, Pustaka SM, Titian Ilahi Press, Navila, dan Gita Nagari. Mustofa telah menyunting hampir seratus buku baik terjemahan maupun karya asli. Setelah merasa suntuk menjadi wartawan, redaksi, dewan redaksi, Pemimpin Redaksi, Wakil Pemimpin Redaksi di Koran lokal, majalah lokal, jurnal, dan majalah nasional sejak tahun 1979 (harian Masa Kini, harian Yogya Post, Kuntum, Rebana, Suara Muhammadiyah, Warta Kampung, Fadilah, Jurnal Cerpen) kemudian bersama LSM ia ikut aktif melakukan pendampingan pengembangan kesenian di beberapa pondok pesantren dan ikut melakukan pendampingan pengembangan kerajinan dan komunitas seni tradisional di Kotagede.
Karyanya yang pernah diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Reportase yang Menakutkan (kumpulan sajak, 1992), Ki Ageng Miskin (puisi), Beragama Sekaligus Berhati Nurani (esai), Ranting itu Penting (esai panjang), Luka Politik dan Luka Budaya (esai), Membela Tekstil Tradisional (esai), Hari-hari Bercahaya (novel), Hijrah (novel), Mudik (kumpulan cerpen bersama), Terompet Terbakar (kumpulan cerpen bersama), Kopiah dan Kun Fayakun (Kumpulan cerpen bersama). Api Meliuk di Atas Batu Apung merupakan kumpulan cerpen tunggalnya yang terbit September tahun 2004.
Setelah tahun 1980-an Mustofa sempat menulis dua novel Sepanjang Garis Mimpi dan Pergulatan dan baru tahun 2003 ia kembali menekuni penulisan novel. Ada 5 novel berhasil ditulis selama tahun 2003, yaitu Hari-hari Bercahaya, Kesaksian Bunga atau Hijrah (Gita Nagari), Arus Bersilangan (DAR! Mizan), Kali Code: Pesan-pesan Api (YPR) dan Di Antara Perawan Kota (Binar Press).
Tahun 2004 Mustofa menulis novel Perempuan yang Menolak Berdandan (Narasi), Cinta di Balik Kerudung, Sepanjang Garis Mimpi, (Diva) dan Burung Tak Bernama (LKIS). Tahun 2005 ia menulis novel Kekasih Tersembunyi (Diva), Memburu Aura Ken Dedes, Zam, Sepercik Cinta di Kota Kecil, Endang, Tergenang Cinta (Binar Press) dan Membaca Huruf Cinta. Tahun 2006 menulis novel Hanum, Sayap-sayap Perlawanan, dan POT. Buku non fiksi juga mulai ditulisnya tahun 2004—2005, yakni Make Everything Well dan Madu Cinta dalam Keluarga. Kumpulan Puisi berupa manuskrip berjudul "Zaman", "Sedang Beracun", "Hidup Semakin Lucu", dan "Surat Cinta untuk Semesta".