Suparto Brata yang terkenal sebagai penulis novel, cerita pendek, drama, penulis artikel, cerita anak, dan pernah menulis cerita silat ini lahir di Surabaya, Jawa Timur, tanggal 27 Februari 1932. Orang tuanya berasal dari Surakarta, ayahnya bernama Raden Suratman Bratanaya dan ibunya bernama Raden Ajeng Jembawati. Dia menikah dengan Rara Ariyati pada 22 Mei 1962. Dari perkawinannya itu, mereka dikaruniai empat orang anak, yaitu Tatit Merapi Brata, Teratai Ayuningtyas, Neo Semeru Brata, dan Tenno Singgalang Brata.
Dia menulis tidak hanya dalam bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa Jawa dan bahkan lebih dikenal sebagai pengarang sastra Jawa. Untuk menulis dalam bahasa Jawa, ia sering menggunakan nama samaran, di antaranya Peni dan Eling Jatmiko.
Pendidikan Suparto Brata SR lulus tahun 1946, SMPN II Surabaya lulus tahun 1950, dan SMAK St. Louis Surabaya lulus tahun 1956. Dia memulai kariernya sebagai operator teleprinter pada Kantor Telegrap Surabaya tahun 1953—1960, kemudian Suparto Brata pindah ke bagian sekretariat pada Perusahaan Dagang Negara Jaya Bhakti Cabang Surabaya tahun 1960—1967. Pada tahun 1967 sampai pensiun tahun 1988 ia bekerja di kantor Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah Daerah Kodya Surabaya. Semasa bekerja di kantor Humas, Suparto Brata mengibaratkan dirinya "masuk kotak". Dia tidak pernah diberi tugas luar dan tidak pernah terlibat dalam proyek-proyek yang mengucurkan uang. Namun, Suparto Brata tidak merasa kecil hati. Dia tetap datang lebih awal dan pulang paling akhir. Di kamar kerjanya ia terus mengetik. Oleh karena itu, banyak tulisannya lahir semasa ia bekerja di kantor Humas itu.
Sebagai seorang pengarang, nama Suparto Brata seperti terlewatkan oleh pengamat sastra. Meskipun begitu, tahun 1988 namanya telah tercantum pada buku Five Thousand Personalities of the World, terbitan The American Biographiecal Institute, Inc., North Carolina USA, Sixth Edition.
Suparto Brata tergolong pengarang yang produktif hingga April 1999. Telah tercatat sebanyak 110 roman yang telah dihasilkannya. Separuh di antara karya-karyanya itu ditulis dalam bahasa Jawa. Karya-karya yang berbahasa Indonesia dimuat dalam majalah dan surat kabar Indonesia Raya, Kompas, Jawa Pos, Sinar Harapan, Surabaya Post, dan Suara Karya Siasat, Mimbar Indonesia, Kisah, Seni, Buku Kita, Sastra, Aneka, Vista, Sarinah, Kartini, Putri Indonesia, Suara Rakyat, Pikiran Rakyat, Trompet Masyarakat, Republika. Sementara itu, karya-karya yang ditulis dalam bahasa Jawa sejak 1958 dimuat di Penyebar Semangat, Mekar Sari, Jaya Baya, Djaka Lodang, Jawa Anyar, dan Dharma Nyata.
Menurut pengakuan Suparto Brata, mengarang berarti support dan sport baik jasmani, rohani, iman, ekonomi, nasib, maupun semangat bagi dirinya. Di usia senjanya Suparto Brata masih rajin menulis.
Novel Suparto Brata yang berjudul Sisa-Sisa Hari Kemarin memperoleh Hadiah Penghargaan Sayembara Penulisan Roman DKJ tahun 1974. Sementara itu, novelnya yang lain, Mata-Mata (1979) memperoleh rekomendasi dari Dewan Juri Sayembara Penulisan Roman DKJ tahun 1976 untuk diterbitkan. Di samping itu, ia mendapat Penghargaan Penulisan Rancage 2000 karena jasanya mengembangkan sastra dan bahasa Jawa. Hadiah Rancage 2001 diterima karena ia telah membuktikan kreativitasnya dalam sastra Jawa dengan terbitnya buku Trem; Hadiah Rancage 2005 diterima karena terbitnya buku Donyane Wong Culika. Tahun 2007 Suparto Brata mendapat Hadiah Sastra Pusat Bahasa dan Hadiah Sastra ASEAN (The SEA Write Award) dari kerajaan Thailand.
Karya-karya Suparto Brata, antara lain, adalah cerita pendek berjudul 1) "Layar terkembang" Kisah, 5.1 (53),8—9, 2) "Di tepi Bengawan Solo". Mimbar Indonesia. 5.8 (54), 20—21, 23—24, 3) "Kembali ke Pangkalan." Siasat, 357.8 (54), 24,26,30, 4) "Lari dari Penjara". Roman, no.1, th.1, Oktober 1954, 5) "Rumah Hantu". Roman, no.1, th.II, Januari 1955, 6) "Arang". Siasat, 419.9 (55),24,27, 7) "Lahirnya Tuhan". Roman, 5.2 (55), 11—12, 8) "Memilih Jodoh yang Gadis atau yang Janda". Roman, 1.2 (55), 17, 9) "Mencari Rangka. Indonesia, 3.6 (55), 143—146, 10) "Per". Kisah, 5.4 (56), 11) "Pes". Kisah, 10.4 (56), 23, 12) "Gembala Kambing". Siasat, 520.11 (57), 31-34, 13) "Mengatur Perabot Rumah". Mimbar Indonesia, 13.11, (57), 31-34, 14) "Pohon Tomat."Siasat, 548,549.11, (57), 26-27; 26-27, 15) "Cyrano Kami". Aneka, 8.9 (58), 12-13,17; 16) "Dansawan Baru". Aneka, 28.9, (58), 10-11: 17) "Sepi Tanpa Tepi". Merdeka, 18.11, (58), 27,29; 18) "Kupu-Kupu di Tengah Padang", 19) "Tak Ada Nasi Lain". Aneka, 3.11 (60),13; 20) "Dua Asmarawan". Gelora, 13-14.2 (61), 21-23, novel berjudul 1)Tak Ada Nasi Lain (1958), 2) Surabaya Tumpah Darahku (1978), 3) Generasi yang Hilang (1981), 4) Sisa 2 Hari kemarin (1974), 5) Kunanti di Selat Bali, 6) Gadis Tangsi, 7) Kerajaan Raminem, dan 8) Mentari di Ufuk Timur Indonesia.
Drama 1) Si Gadis Datang (1958), 2) Cinta dan Penghargaannya (1958), 3) Kaum Republik (1959), dan 4) Mulai dengan Senyum (1963), Cerita Anak Damarwulan dan Ali Baba, karya lain di luar sastra 1) Risalah/proses Hari Jadi Kota Surabaya.Penulisan buku ini dilakukan bersama Kolonel Laut Dokter Sugiyarti Tirtomojo dan tim riset serta penulisan buku ini atas prakarsa dan dibiayai oleh Pemda Tk. II Kotamadya Surabaya. 1975, 2) Master Plan Surabaya 2000, bersama Ir. Johan Silas dan tim diketuai oleh Kolonel Imam Sudrajat, serta dibiayai oleh Pemda Tk. II Kotamadya Surabaya. 1976, 3) Pertempuran 10 November 1945 bersama Drs. Aminuddin Kasdi, Drs. Soedjijo. Tim diprakarsai dan dibiayai oleh Panitia Pelestarian Nilai-nilai Kepahlawanan 10 November 1945 di Surabaya, 1986, diketuai oleh Blegoh Soemaro (Ketua DPRD Tk. I Jawa Timur), 4) Sejarah Pers Jawa Timur, bersama Drs. Mochtar, Drs. Anshari Thoyib, Soemijatno, Drs. Issatriadi yang diprakarsai dan dibiayai oleh Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) Jawa Timur. 1987 dan, 5) Sejarah Panglima-Panglima Brawijaya (1945—1990) bersama Drs. Nurinhwa, Drs. Wawan Setiawan, dan Dr. Wuri Sudjatmiko. Prakarsa dan biaya ditangani oleh LIPI Jakarta dan Kodam Brawijaya, 1988.