• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 
Toha Mohtar   (1926-1992)
Kategori: Pengarang Sastra

 

Toha Mohtar sastrawan yang terkenal dengan karyanya yang berjudul Pulang. Penggunaan nama samaran dalam karangannya merupakan salah satu ciri Toha Mohtar yang kurang senang terhadap publikasi. Nama samaran yang sering digunakan dalam karya-karya sastranya, antara lain, Badarijah U.P. (nama kakak perempuannya), Matulessy, M. Lessy, Tati Mohtar, Elly, Gutomo, Wahyudi, dan Ridwan.

Toha Mohtar, lahir tanggal 17 September 1926 di Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur. Dia anak kedua dari seorang ayah yang berprofesi sebagai penghulu. Toha Mohtar menikah dengan Tjitjih Sudarsih, seorang janda yang berasal dari Tasikmalaya tahun 1955. Dari perkawinannya itu, mereka dikaruniai tiga orang anak, Elly Taswelli, Sasongko Dumadi, dan Tomang Suselo. Mereka juga memiliki seorang anak angkat yang bernama Gutomo.

Sebagai pengarang, ia mulai menulis tahun 1947 sampai dengan tahun 1992. Pada masa tuanya, Toha Mohtar menderita penyakit paru-paru. Dia meninggal tanggal 17 Mei 1992 di Rumah Sakit Mitra, Jakarta. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman Melaka, Jakarta. Semasa hidupnya, Toha Mohtar memeluk agama Islam. Sifatnya yang humoris banyak mewarnai karya-karyanya.

Toha Mohtar hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas dua SMA pada tahun 1947. Tahun 1950 ia pindah ke Jakarta dan memulai hidupnya dari awal yang pahit. Sebelum menekuni profesinya sebagai sastrawan, ia menjalani berbagai profesi, antara lain sebagai perancang grafis dan ilustrator buku. Ilustrasinya menghiasi beberapa majalah, seperti dalam majalah Roman, Aneka, Terang Bulan, Tegang, dan Nasional. Ketika itu ia sempat menulis beberapa judul cerita pendek dan menyadur cerita detektif. Kemudian, ia bekerja sebagai korektor majalah Jayabaya. Tahun 1952--1953 ia bekerja sebagai redaktur majalah Ria dan tahun 1972--1983 berhasil menerbitkan majalah anak-anak Kawanku bersama kawannya Julius R.S. dan Sutedja. Sehubungan dengan hobinya yang suka menggambar, ia bekerja sebagai guru Menggambar di sekolah Taman Siswa tahun 1954--1959. Selain itu, ia juga pernah bekerja di Perusahaan Film Negara (PFN) dan menerima pesanan membuat gambar poster berukuran besar untuk karnaval atau lomba dekorasi pada perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pada tahun 1971 kariernya sebagai penulis mulai meningkat. Dia terkenal sebagai penulis yang jujur, disiplin, dan tegas karena pernah bekerja sebagai pegawai sipil di salah satu dinas kemiliteran.

H.B. Jassin dalam bukunya yang berjudul Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai II menyatakan bahwa Toha Mohtar melalui karyanya telah memberikan suatu pembaharuan dan menyajikan karya sastra yang segar pada masa itu, yang belum pernah diberikan penulis novel di Indonesia. Dengan modal kejujuran, seperti yang tercermin dalam karya-karyanya, ia telah menunjukkan kepada khalayak bahwa hidup ini hendaknya disyukuri dan dilalui dengan baik dan jujur.

Di antara beberapa karyanya, novel yang berjudul Pulang (1958) menarik perhatian pembaca, terutama di kampus Universitas Indonesia dan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, dan berbagai perguruan tinggi lainnya. Beberapa kritik dan tanggapan tentang novel Pulang antara lain artikel yang berjudul (1)"Pulang: sebuah novel Toha Mohtar" karya Masran bin Sabran (Fakultas Sastra Universitas Nasional, Jakarta, 1975); (2) "Novel Pulang sebagai Tanggapan terhadap Keadaan Sosial" karya Sunu Wasono (Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1985; (3) "Karya-Karya Toha Mohtar Sebagai Hasil Sastra dan Penerapannya di SLTA" karya Djoemilah (Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, IKIP Jakarta, 1970); (4) "Gaya Prismis dalam Pulang Karya Toha Mohtar" karya Pudentia T. Karnadi, dalam Basuki Soehardi dan Muhadjir (Editor), Seri Penerbitan Ilmiah Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1983; dan (5) "Biografi Pengarang Toha Mohtar" karya Saksono Prijanto (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995).

Hasil karya Toha Mohtar antara lain sebagai berikut. (1) Pulang (novel, Jakarta: PT Pembangunan, 1962) memperoleh hadiah penghargaan dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN), (2) Daerah Tak Bertuan (novel, Jakarta: Pustaka Jaya, 1963) memperoleh Hadiah Sastra Yayasan Yamin, (3) Novel Kabut Rendah (Jakarta: Budajata 1968), (4) Salah Langkah Bukan Karena Aku (novel, Jakarta: Jambatan, 1968), (5) Antara Wilis dan Gunung Kelud (novel, Jakarta: Jambatan, 1969), dan (6) Jayamada (novel, Jakarta: Pustaka Jaya, 1971) yang ditulis bersama Soekanto S.A. Menjelang akhir hayatnya, Toha Mohtar masih menulis beberapa novel yang belum sempat terbit, yaitu "Pelarian", "Pembebasan", dan "Berita dari Daerah Pinggir".

 
PENCARIAN TERKAIT

  • Ahmad Tohari
    Ahmad Tohari dikenal sebagai pengarang trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dinihari (1985), dan Jantera Bianglala (1986). Dia lahir 13 Juni 1948 di Tinggarjaya, Kecamatan ...
  • Srintil: Potret Ketidakbebasan Perempuan dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari
    Peneliti : Uniawati Tanggal Penelitian : Dipublikasikan : TERBIT Tahun Terbit : 2005 Abstrak :Ahmad Tohari merupakan salah seorang sastrawan Indonesia yang dengan kesadarannya memanfaatkan karya ...
  •  
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
     
    Toha Mohtar   (1926-1992)
    Kategori: Pengarang Sastra

     

    Toha Mohtar sastrawan yang terkenal dengan karyanya yang berjudul Pulang. Penggunaan nama samaran dalam karangannya merupakan salah satu ciri Toha Mohtar yang kurang senang terhadap publikasi. Nama samaran yang sering digunakan dalam karya-karya sastranya, antara lain, Badarijah U.P. (nama kakak perempuannya), Matulessy, M. Lessy, Tati Mohtar, Elly, Gutomo, Wahyudi, dan Ridwan.

    Toha Mohtar, lahir tanggal 17 September 1926 di Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur. Dia anak kedua dari seorang ayah yang berprofesi sebagai penghulu. Toha Mohtar menikah dengan Tjitjih Sudarsih, seorang janda yang berasal dari Tasikmalaya tahun 1955. Dari perkawinannya itu, mereka dikaruniai tiga orang anak, Elly Taswelli, Sasongko Dumadi, dan Tomang Suselo. Mereka juga memiliki seorang anak angkat yang bernama Gutomo.

    Sebagai pengarang, ia mulai menulis tahun 1947 sampai dengan tahun 1992. Pada masa tuanya, Toha Mohtar menderita penyakit paru-paru. Dia meninggal tanggal 17 Mei 1992 di Rumah Sakit Mitra, Jakarta. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman Melaka, Jakarta. Semasa hidupnya, Toha Mohtar memeluk agama Islam. Sifatnya yang humoris banyak mewarnai karya-karyanya.

    Toha Mohtar hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas dua SMA pada tahun 1947. Tahun 1950 ia pindah ke Jakarta dan memulai hidupnya dari awal yang pahit. Sebelum menekuni profesinya sebagai sastrawan, ia menjalani berbagai profesi, antara lain sebagai perancang grafis dan ilustrator buku. Ilustrasinya menghiasi beberapa majalah, seperti dalam majalah Roman, Aneka, Terang Bulan, Tegang, dan Nasional. Ketika itu ia sempat menulis beberapa judul cerita pendek dan menyadur cerita detektif. Kemudian, ia bekerja sebagai korektor majalah Jayabaya. Tahun 1952--1953 ia bekerja sebagai redaktur majalah Ria dan tahun 1972--1983 berhasil menerbitkan majalah anak-anak Kawanku bersama kawannya Julius R.S. dan Sutedja. Sehubungan dengan hobinya yang suka menggambar, ia bekerja sebagai guru Menggambar di sekolah Taman Siswa tahun 1954--1959. Selain itu, ia juga pernah bekerja di Perusahaan Film Negara (PFN) dan menerima pesanan membuat gambar poster berukuran besar untuk karnaval atau lomba dekorasi pada perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pada tahun 1971 kariernya sebagai penulis mulai meningkat. Dia terkenal sebagai penulis yang jujur, disiplin, dan tegas karena pernah bekerja sebagai pegawai sipil di salah satu dinas kemiliteran.

    H.B. Jassin dalam bukunya yang berjudul Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai II menyatakan bahwa Toha Mohtar melalui karyanya telah memberikan suatu pembaharuan dan menyajikan karya sastra yang segar pada masa itu, yang belum pernah diberikan penulis novel di Indonesia. Dengan modal kejujuran, seperti yang tercermin dalam karya-karyanya, ia telah menunjukkan kepada khalayak bahwa hidup ini hendaknya disyukuri dan dilalui dengan baik dan jujur.

    Di antara beberapa karyanya, novel yang berjudul Pulang (1958) menarik perhatian pembaca, terutama di kampus Universitas Indonesia dan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, dan berbagai perguruan tinggi lainnya. Beberapa kritik dan tanggapan tentang novel Pulang antara lain artikel yang berjudul (1)"Pulang: sebuah novel Toha Mohtar" karya Masran bin Sabran (Fakultas Sastra Universitas Nasional, Jakarta, 1975); (2) "Novel Pulang sebagai Tanggapan terhadap Keadaan Sosial" karya Sunu Wasono (Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1985; (3) "Karya-Karya Toha Mohtar Sebagai Hasil Sastra dan Penerapannya di SLTA" karya Djoemilah (Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, IKIP Jakarta, 1970); (4) "Gaya Prismis dalam Pulang Karya Toha Mohtar" karya Pudentia T. Karnadi, dalam Basuki Soehardi dan Muhadjir (Editor), Seri Penerbitan Ilmiah Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1983; dan (5) "Biografi Pengarang Toha Mohtar" karya Saksono Prijanto (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995).

    Hasil karya Toha Mohtar antara lain sebagai berikut. (1) Pulang (novel, Jakarta: PT Pembangunan, 1962) memperoleh hadiah penghargaan dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN), (2) Daerah Tak Bertuan (novel, Jakarta: Pustaka Jaya, 1963) memperoleh Hadiah Sastra Yayasan Yamin, (3) Novel Kabut Rendah (Jakarta: Budajata 1968), (4) Salah Langkah Bukan Karena Aku (novel, Jakarta: Jambatan, 1968), (5) Antara Wilis dan Gunung Kelud (novel, Jakarta: Jambatan, 1969), dan (6) Jayamada (novel, Jakarta: Pustaka Jaya, 1971) yang ditulis bersama Soekanto S.A. Menjelang akhir hayatnya, Toha Mohtar masih menulis beberapa novel yang belum sempat terbit, yaitu "Pelarian", "Pembebasan", dan "Berita dari Daerah Pinggir".

     
    PENCARIAN TERKAIT

  • Ahmad Tohari
    Ahmad Tohari dikenal sebagai pengarang trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dinihari (1985), dan Jantera Bianglala (1986). Dia lahir 13 Juni 1948 di Tinggarjaya, Kecamatan ...
  • Srintil: Potret Ketidakbebasan Perempuan dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari
    Peneliti : Uniawati Tanggal Penelitian : Dipublikasikan : TERBIT Tahun Terbit : 2005 Abstrak :Ahmad Tohari merupakan salah seorang sastrawan Indonesia yang dengan kesadarannya memanfaatkan karya ...
  • Ahmad Tohari
    Ahmad Tohari dikenal sebagai pengarang trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dinihari (1985), dan Jantera Bianglala (1986). Dia lahir 13 Juni 1948 di Tinggarjaya, Kecamatan ...
  • Srintil: Potret Ketidakbebasan Perempuan dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari
    Peneliti : Uniawati Tanggal Penelitian : Dipublikasikan : TERBIT Tahun Terbit : 2005 Abstrak :Ahmad Tohari merupakan salah seorang sastrawan Indonesia yang dengan kesadarannya memanfaatkan karya ...
  •  
     
     
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa