• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 

Katoba

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Muna

Genre : Drama

Provinsi: Provinsi Sulawesi Tenggara

Kabupaten/Kota: Kabupaten.Muna


Katoba merupakan sebuah tradisi asal Sulawesi Tenggara yang sudah terancam punah. Pesta Kotoba adalah bagian dari prosesi pengislaman bagi anak laki-laki dan anak perempuan yang baru beranjak usia dewasa atau usia 7-10 tahun. Pada prosesi tersebut, laki-laki didandani rapi dengan pakaian adat yang disesuaikan dengan golongan sosial anak tersebut. Golongan Kaomu berpakaian adat lengkap dengan keris layaknya seorang raja, sedangkan golongan maradika memakai pengikat kepala atau kopiah yang biasa dipakai oleh lakina agamai. Untuk anak perempuan mengenakan pakaian adat lengkap dengan perhiasan keluarga (atau bagi yang tidak memiliki perhiasan keluarga, dipinjamkan dari orang lain). Mereka pun memakai bedak berwarna putih atau kuning muda, kemudian alis mereka dibentuk seperti bulan sabit, dan rambut yang berada di dekat telinga dipotong. Sebagai pemanis terakhir disematkan sebuah pena yang terbuat dari emas atau perak.

Proses Katoba dilangsungkan setelah anak-anak sudah dikhitan. Katoba pun juga dapat dilakukan setelah khitanan maupun di lain waktu setelahnya. Adapun hal-hal yang diajarkan dalam prosesi Katoba, yaitu :

1. Mengucapkan dua kalimat syahadat.

2. Seorang anak harus menghormati dan menghargai orangtua laki-laki karena dianggap sebagai pengganti Allah SWT. Orangtua laki-laki yang dimaksudkan di sini bukan hanya ayah, melainkan semua laki-laki yang lebih tua.

3. Seorang anak harus menghormati dan menghargai orangtua perempuan (semua perempuan yang lebih tua) karena dianggap sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW.

4. Seorang anak harus menghormati dan menghargai kakak (semua orang yang lebih tua) karena dianggap sebagai pengganti malaikat Jibril 

5. Seorang anak harus menghargai dan menyayangi adik (semua orang yang lebih muda) karena dianggap sebagai pengganti seluruh kaum mukminin.

Selain kelima hal di atas, seorang anak yang menjalani prosesi Katoba diajari mengenai air-air yang suci (hujan, embun, sumur, laut, dsb), bagaimana menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Setelah itu, barulah seorang Imam membacakan doa setelah menyalakan dupa dan menyajikan sesajen. Sesajen tersebut tidak dimaksudkan untuk menyembah berhala, akan tetapi nantinya sesajen tersebut dimakan oleh anak-anak yang telah menyelesaikan prosesi Katoba.


Tim Peneliti : Hardin (Kajian Budaya UNUD)

 
PENCARIAN TERKAIT
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
 

Katoba

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Muna

Genre : Drama

Provinsi: Provinsi Sulawesi Tenggara

Kabupaten/Kota: Kabupaten.Muna


Katoba merupakan sebuah tradisi asal Sulawesi Tenggara yang sudah terancam punah. Pesta Kotoba adalah bagian dari prosesi pengislaman bagi anak laki-laki dan anak perempuan yang baru beranjak usia dewasa atau usia 7-10 tahun. Pada prosesi tersebut, laki-laki didandani rapi dengan pakaian adat yang disesuaikan dengan golongan sosial anak tersebut. Golongan Kaomu berpakaian adat lengkap dengan keris layaknya seorang raja, sedangkan golongan maradika memakai pengikat kepala atau kopiah yang biasa dipakai oleh lakina agamai. Untuk anak perempuan mengenakan pakaian adat lengkap dengan perhiasan keluarga (atau bagi yang tidak memiliki perhiasan keluarga, dipinjamkan dari orang lain). Mereka pun memakai bedak berwarna putih atau kuning muda, kemudian alis mereka dibentuk seperti bulan sabit, dan rambut yang berada di dekat telinga dipotong. Sebagai pemanis terakhir disematkan sebuah pena yang terbuat dari emas atau perak.

Proses Katoba dilangsungkan setelah anak-anak sudah dikhitan. Katoba pun juga dapat dilakukan setelah khitanan maupun di lain waktu setelahnya. Adapun hal-hal yang diajarkan dalam prosesi Katoba, yaitu :

1. Mengucapkan dua kalimat syahadat.

2. Seorang anak harus menghormati dan menghargai orangtua laki-laki karena dianggap sebagai pengganti Allah SWT. Orangtua laki-laki yang dimaksudkan di sini bukan hanya ayah, melainkan semua laki-laki yang lebih tua.

3. Seorang anak harus menghormati dan menghargai orangtua perempuan (semua perempuan yang lebih tua) karena dianggap sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW.

4. Seorang anak harus menghormati dan menghargai kakak (semua orang yang lebih tua) karena dianggap sebagai pengganti malaikat Jibril 

5. Seorang anak harus menghargai dan menyayangi adik (semua orang yang lebih muda) karena dianggap sebagai pengganti seluruh kaum mukminin.

Selain kelima hal di atas, seorang anak yang menjalani prosesi Katoba diajari mengenai air-air yang suci (hujan, embun, sumur, laut, dsb), bagaimana menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Setelah itu, barulah seorang Imam membacakan doa setelah menyalakan dupa dan menyajikan sesajen. Sesajen tersebut tidak dimaksudkan untuk menyembah berhala, akan tetapi nantinya sesajen tersebut dimakan oleh anak-anak yang telah menyelesaikan prosesi Katoba.


Tim Peneliti : Hardin (Kajian Budaya UNUD)

 
PENCARIAN TERKAIT
 
 
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa