Peneliti : Dra. Sri Sabakti, M.Hum., Yeni Maulina, S.Pd., Marlina, S.Pd.
Tanggal Penelitian : 03-03-2013
Dipublikasikan : TERBIT
Tahun Terbit : 2013
Abstrak :
Suku Akit adalah salah satu Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang ada di Provinsi Riau. Sebagian besar suku ini menyebar di Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti. Menurut salah satu sumber, kata akit berasal dari kata rakit. Oleh karena itu Suku Akit dapat juga dikatakan sebagai Suku Rakit, Orang Rakit, atau Tukang Rakit. Hal ini dikarenakan sebagian besar kegiatan hidup mereka berlangsung di atas rumah rakit. Dengan rakit tersebut mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain di pantai laut dan muara sungai. Mereka juga membangun rumah-rumah sederhana di pinggir-pinggir pantai untuk dipergunakan ketika mereka mengerjakan kegiatan di darat.
Dalam perkembangan selanjutnya, kehidupan orang-orang Akit ini mengalami perubahan. Mereka yang dulu menempati rumah-rumah rakit maupun tinggal di tepi sungai berpindah masuk ke daratan (hutan). Bahkan ke wilayah daratan yang susah dijangkau. Hal ini akhirnya mempengaruhi pola hidup mereka.
Suku Akit dikenal sebagai suku yang taat terhadap adat istiadatnya. Sebagai contoh mereka masih percaya kepada hal-hal gaib dan ilmu magis. Hal ini tergambar pada upacara-upacara ritual dalam lingkaran kehidupan mereka. Dalam kehidupan sastra lisan mereka, yang sangat menyolok adalah mantera. Akan tetapi, kehidupan mereka semakin terusik ketika lahan tempat mencari makan dan tempat tinggal mereka semakin menyempit. Jika hal ini dibiarkan, maka tidak mustahil keberadaan Suku Akit akan punah atau hilang. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mempertahankan keberadaan suku ini.
Berdasarkan deskripsi inilah, penulis tertarik untuk meneliti budaya dan sastra lisan Suku Akit di Riau, khususnya yang berada di Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti. Dalam pengambilan data, penulis menggunakan teknik wawancara dan studi pustaka. Wilayah yang dijadikan sampel adalah Desa Sonde, Desa Sesap (Kabupaten Kepulauan Meranti) dan Desa Hutan Panjang (Kabupaten Bengkalis).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar Suku Akit masih hidup dalam kemiskinan. Kesenjangan taraf hidup mereka dibandingkan dengan masyarakat Melayu lainnya yang tinggal di Riau sangat jauh. Oleh karena itu dalam upaya untuk mengurangi kesenjangan kehidupan suku ini dengan masyarakat sekitarnya, maka pemerintah memberikan bantuan, diantaranya pendidikan, pemberian bibit tanaman, dan rumah layak huni. Selain itu pemerintah juga membangun infra struktur, berupa jalan semen menuju pemukiman mereka. Beberapa tradisi lisannya mengalami perubahan, di antaranya disebabkan oleh adanya interaksi dengan masyarakat di sekitarnya. Keberadaan sastra lisan suku ini juga semakin berkurang.